Undangan makan siang kali ini sangat luar biasa. Siapa pengundangnya? Dialah Pak Tjiptadinata Effendi, senior dan maestro penulis Kompasiana yang tak diragukan lagi. Tembus hampir 4000 artikel, dalam kurun 6 tahun bergabung.
Dramatisasi keharuan dan haus akan teladan motivasi serta konsistensinya menulis, meski telah lanjut, 76 tahun, menjadi alasan kuat. Beberapa kawan Kompasiana yang juga hebat, kemiripan karya dan konsistensinya, telah hadir, dari beberapa kota selain Jakarta.
Untuk acara istimewa ini, saya harus bangun jam 4 pagi, agar pasti dapat hadir, berangkat dengan Kereta Api dari Cimahi -- Bandung, dan sengaja mengambil cuti.
Acara bertajuk makan siang ini, diselenggarakan di sebuah restoran padang, Sari Minang, di bilangan Jalan Juanda-Jakarta, Selasa (15/01/19), jam 12.00 -- 15.00.
Tak ada acara khusus, selain makan siang yang dibalut dengan kekagetan beberapa kawan Kompasiana yang tak tahu nama masing-masing, meski sudah akrab di dunia maya.
Saya pun, hampir tak mengenali nama-nama kawan, yang telah sepakat berjanji untuk hadir, selain pastinya Pak Tjiptadinata dan Ibu Lina.
Terus terang, sesuai rencana semula, begitu jumpa Pak Tjiptadinata, saya kasih salam jumpa, dan dengan rasa haru yang sangat, saya peluk dan cium hangat sebagai tanda kekaguman dan persahabatan yang tulus.
Tak lupa salam hormat teruntuk Ibu Lina. Jumpa pertama yang sangat berkesan, bagi keduanya, sebagai penulis Kompasiana.
Agak-agak lucu memang, saya pun harus mengenalkan diri kepada sebagian besar kawan-kawan yang juga baru jumpa aktual. Meskipun, di Kompasiana saat bertegur sapa di komentar artikel bisa dibilang cas cis cus.
Diawali dengan kisah ringan Pak Tjiptadinata, sebagai keluarga sangat sederhana, yang punya mimpi-mimpi tak sederhana, alias terlalu tinggi. Nyatanya anak-anak Pak Tjiptadi, berhasil disekolahkan di luar negeri. Kehebatan cita-cita yang hampir mustahil tercapai, dan sempat ragu, didorong oleh figur luar biasa Bu Lina Tjiptadinata. Saat ini mereka berdua bermukin di Australia bersama anak-anaknya yang bekerja di sana.
Bekal nyata setelah pertemuan, ada rasa malu!