Lihat ke Halaman Asli

Johanes Krisnomo

TERVERIFIKASI

Karyawan Swasta

Kujual Selimut demi Penghangat Perut

Diperbarui: 23 Oktober 2018   23:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi : https://www.ebay.co.uk

Bukan cerpen! Hanya curhat bahwa kisah ini pernah terjadi. Ketika parkir di pelataran roda empat, mal niaga di kawasan Jalan Tamansari Bandung. Di situlah, di sudut perempatan jalan pernah ada transaksi.

Manusia tak mungkin hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Demikian pula kita, tak langsung menjadi tua. Prosesnya jelas, lahir, berstatus bayi, anak-anak, remaja, setengah tua dan akhirnya menjadi tua.

Curhat saat kuliah dulu. Jelang tengah malam, baru tersadar bahwa dompet di kantong belakang celana telah menipis. Pasalnya, pantat berasa panas, dan mengganjal, setelah duduk berjam-jam menyelesaikan tugas kuliah sedari sore. Ketika di check, hanya menyisakan beberapa lembar catatan dan kartu mahasiswa.

Seringnya kiriman uang yang terlambat, pernah juga di selang-seling dengan mengajar privat, meski belum cukup.

Beruntung, beberapa keluarga, kakak beradik dari ibu memberikan dukungan moril dan materil. Khusus yang satu kota, di Bandung, paling tidak sering menjamin makan dan kasih uang ongkos bila berkunjung, yang meski tak besar tapi bermanfaat.

Demikian pula, keluarga yang di luar  kota, sering berbagi rejeki bila suatu saat berjumpa.

Mereka-merekalah, orang-orang berjasa yang membesarkan hati dan punya andil mengaktualkan cita-cita menyadi nyata. Seperti saat ini, di mal niaga, di antara orang-orang sukses yang lalu-lalang tak berkekurangan.

Kembali ke tersadarnya saat dompet menipis waktu belajar tengah malam. Tak ada jalan lain, harus berpikir keras!

Dua pilihan harus diputuskan, badan tetap hangat dengan selimut, ataukah perut hangat selimut amblas.

Pilihan kedua nampaknya lebih realistis. Bergegas-gegas pada akhirnya, membawa selimut yang diikat, dan menawarkannya pada pedagang mi instan di sudut jalan tak jauh dari mal sekarang.

Akhir kata, dengan wajah asli memelas dan kuyu, berhasil meluluhkan belas kasih pedagang mi instan dengan penggantian uang yang cukup untuk makan beberapa hari.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline