Kata itu bernilai harapan. Orangtua biasanya memberi nama anaknya dengan kata-kata bermakna. Semisal nama Slamet, Untung, atau Gagah, bahkan Ayu bagi anak putri, itu harapannya kelak.
Nama itu pesan abadi anak, yang merupakan titipan dari orangtua-nya. Ayu, contohnya. Dia memanggul harapan agar hidupnya selalu cantik atau ayu dalam wajah hati maupun perbuatannya. Sukses, disayang dan bermanfaat bagi sesama. Begitu pula dengan nama-nama lainnya.
Selain nama diri, ada juga nama-nama perumahan, yang menggunakan kata-kata puitis. Biasanya berakhiran kata-kata indah, permai, asri dan lain-lain. Tak pernah kita dengar nama, Perumahan Harapan Suram, Perumahan Ceria Terpaksa!
Alkisah, di sebuah objek wisata, Kab. Bandung Barat, terpampang nama Toilet Warung Nasi. Nach, bukannya fanatik kata, melainkan ada penolakkan hati, urung diri saat ingin sekadar sarapan pagi.
Jangan-jangan letak Warung Nasi berdekatan atau berderet dengan toilet umum. Meskipun hampir di tiap Warung Nasi selalu ada Toiletnya. Kata-kata Toilet Warung Nasi telah mengaduk-aduk pola pikir negatif. Padahal belum tentu demikian.
Selayaknyalah bersikap bijak, koreksi sebelum tayang agar apa yang tertulis mengandung makna kata-kata kebaikan, harapan dan memberi semangat!
Bandung, 07 Maret 2018
Catatan : Inspirasi dari Kawasan Tangkuban Perahu, Minggu (25/02/18). Foto-foto dok pribadi J.Krisnomo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H