Lihat ke Halaman Asli

Johanes Krisnomo

TERVERIFIKASI

Karyawan Swasta

Museum KAA dan Sang Pemandu

Diperbarui: 4 Oktober 2017   18:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Pamer Museum KAA, Foto Dok Pribadi J.Krisnomo, Sabtu (23/09/17).

Cita rasa pandang tergantung pengelolaannya. Museum Konperensi Asia Afrika yang terletak di tepi Jalan Asia Afrika No. 65 Bandung itu sudah ribuan kali terlewati. Tapi kini, nuansa hati tertambat, bahkan tak mau pulang, saat berkunjung.

Menjadi bagian tak terpisahkan dari Gedung Merdeka -- Bandung, tempatnya penyelenggaraan Konperensi Asia Afrika, 18 -- 24 April 1955. Diresmikan Presiden Republik Indonesia, Soeharto, pada tanggal 24 April 1980 sebagai puncak acara Peringatan 25 Tahun Konperensi Asia Afrika.

Berkunjung, Sabtu (23/09/17), telah membuka nalar hati untuk memahami dan memaknai peristiwa Konperensi Asia Afrika secara lebih.

Saat situasi dunia semakin tak menentu, pada waktu itu, yang diikuti oleh 29 negara, telah menghasilkan Dasasila Bandung, atau sepuluh prinsip dari Bandung. Cikal bakalnya, didasari Perang Dingin, antara Blok Barat dan Blok Timur, serta adanya penjajahan, terutama di kawasan Asia dan Afrika. Pengembangan senjata nuklir juga semakin menimbulkan kekhawatiran akan terjadi perang lanjutan.

Prinsip-prinsip Dasasila Bandung ini kemudian menjadi pedoman bagi bangsa-bangsa Asia dan Afrika dalam menggalang solidaritas dan kerjasama internasional. Semangat KAA telah menambah kekuatan moral bagi para pejuang kemerdekaan bangsa-bangsa di Asia Afrika.

Gedung Merdeka, arsitektur Gaya Art Deco yang ditonjolkan oleh C.P. Wolf Schoemaker pada tahun 1921, berkarakter unik dan indah. Termasuk gedung yang saat ini digunakan sebagai museum.

Museum Konperensi Asia Afrika, dibuka untuk umum tiap hari, kecuali hari minggu atau hari libur nasional, dan gratis.

Gedung Merdeka, dan Museum KAA (sblh kanan) tampak depan, Sabtu (23/09/17), Foto Dok Pribadi J.Krisnomo

Ruang Pamer Museum KAA, Foto Dok Pribadi J.Krisnomo, Sabtu (23/09/17).

Ruang Pamer Museum KAA, Foto Dok Pribadi J.Krisnomo, Sabtu (23/09/17).

Ruang Pamer Museum KAA, Foto Dok Pribadi J.Krisnomo, Sabtu (23/09/17).

Meja dan Kursi Rotan yang digunakan pada saat KAA -1955, Foto Dok Pribadi J.Krisnomo, Sabtu (23/09/17).

Kamera yang digunakan saat KAA -- 1955, Foto Dok Pribadi J.Krisnomo, Sabtu (23/09/17).

Mesin Tik yang digunakan oleh pers pada saat KAA -- 1955, Foto Dok Pribadi J.Krisnomo, Sabtu (23/09/17).

Piringan Hitam - PH Pidato Bung Karno saat KAA -- 1955, Foto Dok Pribadi J.Krisnomo, Sabtu (23/09/17).

Foto Soekarno dan Hatta, KAA -- 1955, Foto Dok Pribadi J.Krisnomo, Sabtu (23/09/17).

Bagian Dalam Museum KAA, Sabtu (23/09/17), Foto Dok Pribadi J.Krisnomo

Bagian Dalam Museum KAA, Sabtu (23/09/17), Foto Dok Pribadi J.Krisnomo

Bagian Dalam Museum KAA, Sabtu (23/09/17), Foto Dok Pribadi J.Krisnomo

Bagian Dalam Museum KAA, Sabtu (23/09/17), Foto Dok Pribadi J.Krisnomo

Bagian Dalam Museum KAA, Sabtu (23/09/17), Foto Dok Pribadi J.Krisnomo

Bagian Dalam Museum KAA, Sabtu (23/09/17), Foto Dok Pribadi J.Krisnomo

Bola Dunia, Bagian Dalam Museum KAA, Sabtu (23/09/17), Foto Dok Pribadi J.Krisnomo

Jam Buka Musium KAA, tiap hari, kecuali Minggu dan Hari Besar/Libur, Foto Dok Pribadi J.Krisnomo, Sabtu (23/09/17).

Penulis, Johanes Krisnomo, bgn dalam Museum KAA - 1955,, Foto Dok Pribadi.

Gedung Merdeka, dan Museum KAA (sblh kanan) tampak depan, Sabtu (23/09/17), Foto Dok Pribadi J.Krisnomo

Pengalaman berkesan, saat berkunjung bersama kawan-kawan sekomunitas pecinta sejarah, salah satunya adalah keberhasilan Sang Pemandu, memiripkan gerak mimiknya bagai pidato Sang Proklamator. Sudut rasa yang semula tak acuh, telah menjadi nuansa berkebutuhan khusus.

Disain tata letak, dan suasananya yang tenang, mampu memicu kembali rekaman suasana konperensi di Tahun 1955, dengan berbagai replika, benda-benda bersejarah, foto-foto dan film-film dokumenter.

Museum ini, dilengkapi pula dengan ruang audiovisual, perpustakaan, dan internet, juga kedai cindera mata.

Sudah selayaknya, menyiapkan ruang hati dan niat berkunjung, berlomba menata diri, meraup semangat Asia Afrika, demi sebuah pemahaman. Tentang hebatnya solidaritas bangsa-bangsa Asia Afrika, dulu! Dan kini tugas kita mengisinya dengan capaian jerih payah kemerdekaan, harga diri dan perdamaian dunia yang hakiki.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline