Merenda Asa Menanti Belas
Oleh : Johanes Krisnomo
Terkadang kita merasa galau tak berpengharapan, ketika harus mencari kekuatan dan kelebihan pada diri. Jati diri hilang, tak punya kekuatan berkompetisi melawan kejamnya persaingan di sekeliling.
Bangkit dan putarlah sudut pandang, mencari peluang dengan melihat dunia lain, bukan dunia hantu yang maya. Turunkan ego, dan kita akan melihat betapa banyak contoh-contoh hebatnya.
Pengamen tuna netra, di trotoar, dekat pintu keluar toko buku, Jalan Merdeka, Kota Bandung, contoh nyatanya. Siang itu, dia merenda asa, berjuang untuk hidup.
Lengkingan nada merayu, lagu-lagu nostalgia, seolah menyatu bersama seperangkat tape rekorder kuno, di antara bisingnya angkutan kota. Beberapa pejalan kaki yang lalu-lalang, menaruhkan uang sekadarnya, di sebuah kotak khusus, menyuarakan belas dan kepedulian.
Sang Pengamen, pandai memanfaatkan peluang, dan tidak putus asa, meski tuna netra. Suaranya melengking, terkadang hilang ditelan bising deru angkutan kota, memberi semangat dan asa bagi kita-kita yang sering mengeluh tanpa daya, untuk bangkit!
Bandung, 30 Mei 2017.
Catatan : Foto Ilustrasi, dok pribadi j.krisnomo, pintu keluar Toko Buku Gramedia, Jalan Merdeka, Bandung, Kamis (25/05/17).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H