Lihat ke Halaman Asli

PLN Palu-Sulteng, Tunggu Jo...

Diperbarui: 26 Juni 2015   16:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_147090" align="alignleft" width="300" caption="google.images.tokyo"][/caption] Sedikit unek-unek tentang PLN Palu, sesuai surat edaran tanggal 17 Mei 2010 pasokan batubara diperkirakan tiba dan tanggal 18 Mei 2010 pemadaman sudah berkurang menjadi pola 1 hari padam dan 3 hari menyala. Karena selama ini, ketika pasokan batubara tidak ada listrik padam 9 jam, menyala 3 jam setelah itu padam 9 jam lagi trus menyala 3 jam...terus bergantian 3 dan 9 nya...kayaknya bisa jadi angka kramat tu. hahahahaha... Dengar kabar beberapa teman yang menggunakan genset, satu hari bisa habis 200 ribu hanya untuk rumah tinggal. behhhhhhhhh...mantap! bagaimana dengan yang punya usaha? es batu aja g ada!! hahahahaha.. Mana janji manismu? kayak lagu nidji..sekarang udah tanggal berapa bung? pertama "torang sabar", kedua "torang sabar", ketiga "ngana liat jo torang pe sabar!!". Barusan dengar kabar lagi dari teman yang kerja mengambil batu bara di kalimantan. katanya tidak ada yang mau memuat karena hutang udah pada menumpuk..bukankah batu bara ada KW 1, KW 2, atau kawe-kawe laen..dengan melihat hutang dan pemadaman ini, tampaknya ada apa-apanya di PLN. ckckckck.. Bagaimana investor mau masuk? gmn mau maju ne kota? listrik aja susahnya minta ampun, amit-amit..Kalau permasalahan pasokan batubara, mungkin penjual kue jalanan bisa lebih pintar dalam mengelola PLN. Produksi 5 biji kue, pesanan ternyata 10 biji kue...nah pasti si penjual akan siap-siap untuk buat 5 kue sisanya sebelum 5 kue habis...sedia payung sebelum hujan! kok tidak  bisa? kok tidak ada payung? nah lhooo...hahahahaha.. Tunggu jo...siapa yang menunggu siapa..bisa jadi Anda yang menunggu kami!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline