Fakta ditemukannya jenazah yang terikat parasut sudah diberitakan banyak media bahkan beberapa media televisi ternama telah menayangkan wawancara khusus dengan anggota tim SAR yang mengatakan dengan tegas perihal penemuan jenazah yang terikat parasut. Dugaan bahwa jenazah tersebut adalah pilot dilihat dari pakaian yang dikenakan. Memang saat itu pilot Alexander Yablontsev memakai pakaian khusus seperti yang dipakai kebanyakan pilot pesawat temput. Foto pilot dan kopilot sempat diambil sesaat sebelum take off seperti yang banyak dilansir oleh berbagai media (lihat foto sebelah). Anggota tim SAR yang diwawancarai perihal penemuan jenazah berparasut tersebut berasal dari kesatuan elit kopassus. Sertu Haris namanya adalah salah satu anggota tim SAR telah menyampaikan berita penemuan itu. Prajurit dengan kualifikasi khusus seperti Sertu Haris tersebut tentu sudah sangat familier perihal parasut apalagi dia pemegang wing para yang tentunya tidak sembarang orang bisa mendapatkannya. Wing para didapatkan karena yang bersangkutan telah lulus menjalani pelatihan khusus selama beberapa bulan tentang teori dan praktek penerjunan militer. Artinya dia pasti tahu betul kalau yang terikat pada tubuh jenazah tersebut adalah parasut. Sehingga apa yang diberitakan tentang jenazah terikat parasut dapat diyakini kebenarannya. Kemudian kenapa pihak-pihak berwenang justru membantah? Ketua BASARNAS dan Roy Suryo mewakili beberapa institusi resmi yang turut membantah keberadaan parasut tersebut. "Isu diketemukan pilot tergantung di parasut, kebetulan saya Komisi I DPR yang punya kedekatan dengan pabrikan Sukhoi, yang jelas pesawat sipil Sukhoi tidak dilengkapi ejection seat. Tidak mungkin untuk penerbangan sipil," kata Roy Suryo seperti dikutip rimanews.com. Pernyataan Roy Suryo tersebut dapat diartikan bahwa dia tahu betul bahwa di pesawat sukhoi SJ100 itu memang tidak ada kelengkapan ejection seat yang dianggap terkait dengan ditemukannya jenazah pilot yang terikat parasut. Ada dua fakta yang bisa kita petik, pertama adalah mungkin benar kata Roy Suryo bahwa pesawat Sukhoi SJ100 tidak dilengkapi ejection seat (kursi lontar) dan kedua adalah fakta bahwa telah ditemukan jenazah yang diduga kuat adalah pilot yang terikat parasut. Dua fakta ini dapat diartikan bahwa kemungkinan besar jenazah berparasut tersebut keluar dari pesawat tanpa melalui media kursi lontar (ejection seat). Jika tanpa kursi lontar, lalu memakai media apa untuk keluar dari pesawat? Ada banyak spekulasi yang berkembang. Pertama, mungkin saja pesawat SSJ100 yang nahas ini adalah pesawat khusus versi TEST bukan versi FINAL yang untuk dipasarkan. Pada pesawat versi TEST biasanya pilot dilengkapi dengan modul penyelamatan jika pesawat yang diuji cobakan mengalami kegagalan(dikutip dari KASKUS). Kedua, mungkin saja beberapa saat sebelum terjadi kecelakaan orang tersebut buru-buru memakai parasut kemudian keluar dari pesawat melalui pintu emergency. Kemungkinan kedua kelihatannya sulit diterima logika akal sehat karena untuk memakai tas punggung yang berisi parasut butuh waktu yang cukup lama. Sementara kejadian kecelakaan tersebut berlangsung dengan cepat tanpa bisa disadari oleh semua orang yang berada di dalam pesawat. Yang paling mungkin adalah kemungkinan pertama yaitu ada modul khusus untuk penyelamatan pilot pada pesawat SSJ100 ini, tetapi mungkin mekanismenya bukan seperti kursi lontar, karena bagaimanapun tidak mungkin ada jenazah yang begitu saja terikat tali parasut jika bukan karena memang sedang memakai parasut. Yang perlu diperhatikan lagi adalah posisi penemuan jenazah berparasut ini memang terpisah jauh dari korban lain sehingga semakin menguatkan asumsi bahwa karena memakai parasut maka dia terbawa menjauh dari lokasi kecelakaan. Jika menyimak pernyataan tim SAR yang melihat jenazah berparasut tersebut terdapat beberapa bagian tubuh bawah hancur sangat dimungkinkan bahwa saat keluar pesawat dia sudah tidak bernyawa karena terkena serpihan badan pesawat yang hancur saat membentur tebing sehingga mengoyak tubuh bagian belakang bawah lalu tubuhnya menggantung di parasut sampai kemudian jatuh tersangkut di pepohonan. Benarkah spekulasi ini? perlu penyelidikan untuk membuktikannya. Bagaimanapun misteri penemuan jenazah berparasut ini penting untuk diselidiki lebih mendalam. Mari semua pihak yang terkait dengan penyelidikan kecelakaan ini mencermati setiap bukti yang ditemukan tim SAR di lapangan bukan justru membuat pernyataan yang mementahkan sebuah fakta yang telah nyata ada. Publik berharap hasil penyelidikan dapat disampaikan secara jujur kepada masyarakat tanpa ada yang ditutupi. Ini semua demi kepentingan penerbangan nasional kita agar kejadian kecelakaan seperti ini tidak terulang di masa mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H