Lihat ke Halaman Asli

Tomson Sabungan Silalahi

Seorang Pembelajar!

Memperingati Hari Pahlawan, Perlukah?

Diperbarui: 15 November 2019   20:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Masyarakat Indonesia, setiap tanggal 10 November merayakan Hari Pahlawan. Hari ketika terjadi pertempuran hebat antara arek-arek Suroboyo dengan serdadu Netherlands-Indies Civil Administration (NICA). Hari Pahlawan diperingati setelah Presiden pertama RI, Soekarno menetapkannya beberapa tahun setelah peristiwa heroik itu terjadi.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pahlawan adalah orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran. Maka, pantaslah kalau kita harus mengingat jasa-jasa para pahlawan kita karena pengorbanannya itu. Pengorbanan terjadi karena ada kata kerja mengorbankan, memberikan sesuatu sebagai pernyataan kebaktian, kesetiaan, dsb (KBBI). Kalau ada mengorbankan pasti ada yang dikorbankan atau yang menjadi korban, pahlawan mengorbankan dirinya (maka dia menjadi korban itu sendiri) demi membela kebenaran, kalau tidak demi kebenaran bukan pahlawan namanya.

Berbicara mengenai pahlawan tidak boleh lepas dari kata pengorbanan, sekali lagi, demi kebenaran. Hari ini (10 November 2015), ketika tulisan ini ditulis, penulis berusaha merefleksikan perlukah memperingati Hari Pahlawan? Kalau kita buka lagi KBBI dan kita cari arti memperingati, maka kita akan menemukan artinya; mengadakan suatu kegiatan (seperti perayaan, selamatan) untuk mengenangkan atau memuliakan suatu peristiwa. Akhir-akhir ini, semua hari-hari besar hanya dilakukan demi seremoni saja tanpa menghayati apa sebenarnya nilai dari sebuah peristiwa itu sendiri. Lantas, bagaimana seharusnya kita memperingati Hari Pahlawan ini?

Menghayati nilai Hari Pahlawan janganlah hanya pada tanggal 10 November saja, setelah itu lupa dan tak berbekas. Menghayati nilai itu seharusnya ditunjukkan dalam sikap kita sehari-hari. Bersikaplah sesuai dengan peran masing-masing, ingat saja peran kita, di dalam keluarga, sekolah, kantor, masyarakat, negara, atau di manapun kita berada. Penulis dalam tulisan ini sudah dua kali menekankan bahwa menjadi pahlawan harus berkorban, berkorban demi kebenaran (ini kali ketiga). Selain itu, janganlah pernah bercita-cita menjadi pahlawan. Karna bilamana kita bercita-cita jadi pahlawan, maka hal itu tidak akan pernah terjadi, kata kunci salanjutnya adalah keikhlasan, agar sempurnalah pengorbanan itu, biarlah orang lain kelak yang menilai, layakkah kita menyandang gelar itu, ah, rasaya hal ini tidak terlalu panjang lebar dibahas.

Mengenai sikap tadi, mulailah dari hal-hal kecil saja, jika kamu seorang siswa korbankanlah waktumu untuk tidak memegang gadget teranyar yang pernah dibelikan orangtuamu untuk bermain game atau sekedar say hello atau melihat notifikasi yang ada di dinding facebookmu, daripada melakukan hal-hal yang tidak terlalu berguna itu baiklah kamu melakukan hal-hal yang lebih berguna (setidaknya untuk kebaikanmu juga) seperti membaca buku pelajaran, atau mempersiapkan pelajaran yang akan dibahas besok di sekolah, atau kalau masih banyak waktu, membantu ibu mencuci pakaian atau sekedar menemani ibu memasak, itu juga sebuah pembelajaran demi kebaikanmu juga. Kalau kamu seorang mahasiswa, sama saja penyakitnya dengan siswa, daripada melakukan yang kurang penting yang dilakukan siswa tadi, baiklah mulai belajar berorganisasi baik di internal maupun eksternal kampus, banyak organisasi kemahasiswaan yang mengakomodir minat dan bakat kita. Dengan masuk organisasi, kamu akan belajar bertanggungjawab dalam suatu kepanitian jika ketepatan kamu dihunjuk sebagai panitia, belajar menyatakan pendapat di muka umum jika ada rapat-rapat yang mungkin membahas isu-isu yang sedang hangat di masyarakat. Sehingga nanti di dunia kerja tidak canggung lagi melakukan hal-hal itu, selain itu relasi akan terbangun dimana-mana. Perlu kamu tahu, banyak perusahaan atau penyedia beasiswa yang meminta pengalaman berorganisasi selama duduk di bangku kuliah. Itu demi kebaikanmu juga, selain itu demi perkembangan negara kita juga, kenapa tidak jika karena seluruh mahasiswa berkompeten seperti kamu, kemajuan Indonesia mungkin akan melebihi negara-negara maju sekarang. Berkorbanlah untuk berproses di dalam organisasimu. Jangan jadi manusia individual. Selain itu jangan lupa untuk tetap belajar, korbankanlah waktumu untuk tidak berleha-leha demi mengisi diri dengan materi-materi yang diberikan atau ditugaskan dosen, selain bisa berbagi dengan teman, kontribusimu akan sangat diharapkan demi kemajuan negara ini.

Jika kita seorang guru, korbankanlah waktumu untuk tetap meng-update ilmu yang kita miliki atau menemukan cara terbaik menyampaikan materi kepada siswa daripada menonton sinetron yang tayang tiap hari dan entah kapan selesainya. Semua itu hendaknya kamu lakukan demi perkembangan putra-putri penerus bangsa dan negara.

Jika kita adalah seorang polisi lalu lintas, korbankanlah uang lima puluh ribu itu tidak masuk kantongmu demi penegakan hukum yang lebih baik lagi, janganlah kiranya segan mengeluarkan surat tilang bagi siapa saja yang melanggar aturan lalu lintas yang telah ada.

Singkatnya, ingatlah peran kita masing-masing dan bersikaplah sesuai peran itu. Seperti nasehat Bunda Teresa "Orang sering keterlaluan, tidak logis, dan hanya mementingkan diri; bagaimanapun, maafkanlah mereka. Bila engkau sukses, engkau akan mendapat beberapa teman palsu, dan beberapa sahabat sejati; bagaimanapun, jadilah sukses. Bila engkau jujur dan terbuka, mungkin saja orang lain akan menipumu, bagaimanapun jujur dan terbukalah. Apa yang kau bangun selama bertahun-tahun mungkin saja dihancurkan orang lain hanya dalam semalam; bagaimanapun bangunlah. Kebaikan yang engkau lakukan hari ini mungkin saja besok sudah dilupakan orang; bagaimanapun, berbuat baiklah. Bagaimanapun, berikan yang terbaik dari dirimu. Engkau lihat, akhirnya ini adalah urusan antara engkau dan Tuhanmu; Bagaimanapun ini bukan urusan antara engkau dan mereka".

Maka, sekarang, jika ada yang bertanya, perlukah memeringati Hari Pahlawan? Kita sudah bisa menjawab sendiri di dalam hati masing-masing karena sikap kita sehari-hari. Selamat memperingati Hari Pahlawan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline