Membaca judul di atas mungkin Anda sudah tahu apa maksudnya. Bagi yang belum tahu, 3 frasa di atas menjadi perhatian saya (dan teman saya) sesaat setelah kami keluar dari bioskop malam itu.
Ya, kami baru saja menonton film John Wick: Chapter 3 -- Parabellum. Film berdurasi 131 menit ini telah banyak mendapat pujian dari banyak kritikus film. Namun dalam tulisan ini kita tidak mau memuji-muji filmnya tapi hendak menceritakan apa saja yang menarik dari film ini dan sembari berasusmsi, kira-kira apa yang mau disampaikan oleh film ini, berasumsi. Bisa saja salah, mari kita diskusi nanti kalau nanti ada yang perlu didiskusikan di kolom komentar.
Apa yang menarik dalam film ini? Bagi saya, pertama-tama adalah adanya dua orang Indonesia yang menjadi aktor dalam film ini: Yayan Ruhian dan Cecep Arif Rahman. Saya tidak terlalu kenal dengan mereka sebenarnya, tapi begitu tahu ada dua orang Indonesia ini dari teman yang kebetulan sudah menonton maka keinginan saya untuk menonton film ini semakin kuat. Nah, di dalam film ini, kedua teman kita dari Indonesia ini tidak dibunuh seperti para assasin yang lain yang berusaha membunuhnya. Ada dua asumsi dalam hal ini. Satu, akan ada lagi John Wick Chapter 4. Kedua, mengenai perekrutan orang Indonesia ini, selain karena kompetensi mereka dalam dunia akting dan memiliki ilmu bela diri, tapi juga, saya kira, para pembuat film ini telah menghitung pangsa pasar Indoensia yang sangat menguntungkan.
Kedua, istilah parabellum diambil dari kutipan militer Romawi abad ke-4 "Si vis pacem, para bellum," yang berarti, "Jika Anda menginginkan perdamaian, bersiaplah untuk perang". Kutipan ini juga sering dituliskan di gedung-gedung TNI di Indonesia. Frasa parabellum ini menjadi menarik karena, asumsi saya dengan kemunculan istilah ini, di dalam film yang adalah produksi Amerika Serikat adalah begini: mereka ingin memperkenalkan produk mereka yang baru, dan mengenai kutipan itu, ajakan untuk bersiap-siap untuk perang seolah ingin mengajak penontonnya untuk bersiap-siap perang untuk mendapatkan perdamaian, dengan apa? Dengan membeli senjata tentunya, persiapan untuk perang salah satunya adalah persiapan senjata. Padahal, perdamaian juga bisa dicapai tanpa gencatan senjata ya, kan?
Ketiga, kemunculan minuman fanta. Sudah jarang minuman ini saya temui di pasaran Indonesia, mungkinkah kemunculan botol fanta di film ini ingin mengatakan bahwa akan segera beredar fanta rasa baru? Kita tunggu saja jawabannya.
Keempat, kemunculan The Adjudicator yang adalah petugas organisasi The High Table. Kemunculannya tentu untuk menegakkan keadilan. Dialah yang menjaga aturan-aturan para assassin untuk dipatuhi bersama. Memastikan tidak ada satupun pelanggaran yang dilakukan oleh anggota-anggotanya. Menarik, karena dunia gelap sekalipun, menjual target dan penyewaan pembunuh bayaran memiliki peraturan yang sedemikian ketat. Hmm, andaikan aturan negara ini dijaga ketat seperti si Adjudicator ya?!
Kelima, anjing-anjing yang baik. Untuk menjadi anjing baik itu memang susah, bahkan manusia yang terlatihpun akan susah menjadi anjing yang baik. Hehehe, siapa pula yang mau jadi anjing ya?! Dalam film ini, peran anjing memberi warna tersendiri, kira-kira berapa ya bayaran ketiga anjing itu? Baik, untuk menjadi anjing yang baik (good dog), anjing harus bisa disuruh duduk (sit), dan bertahan (stay), tidak melakukan apa-apa (sementara mengawasi tentunya).
Dalam hidup inipun, kadang kita harus mampu, duduk dan diam sejenak untuk mengamati sekeliling kita, tidak terlalu reaktif karena hoaks sangat banyak bermunculan dan sudah banyak memakan banyak korban.
Demikian dulu ulasan film kali ini, semoga kita bisa menjadi anjing eh manusia yang baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H