Simak jawaban Bu Risma ketika ditanyakan kenapa dia menangis: “Tolong dicermati kapan saya nangis itu. Saat saya menceritakan anak-anak itu," ujar Bu Risma."Kalau teman-teman tau apa yang saya kerjakan dengan anak-anak itu, saya yakinteman-teman akan nangis mendengarkan cerita mereka," lanjut Risma.
Saya tidak tahu, apa yang diceritakan oleh anak-anak Surabaya itu yang membuat Bu Risma menangis. Saya juga tidak tahu apa yang sedang dikerjakan oleh Bu Risma dengan mereka. Namun bagi saya ini sudah cukup untuk bisa memahami, bahwa sesuatu yang tragis telah terjadi dengan anak-anak tersebut, dan Bu Risma sedang berusaha untuk melakukan sesuatu buat mereka.
Berdasarkan kutipan diatas, saya memaknai tangisan Bu Risma bukanlah tangisan seorang walikota, tapi tangisan seorang ibu yang tidak tega melihat nasib anak-anaknya. Ada yang sakral dalam linangan air matanya. Tangisan beliau lebih fasih daripada sepuluh ribu kata. Tetesan air mata Bu Risma adalah duta kesedihan dan cinta yang yang tak terucapkan. Apakah itu sebuah kecengengan?. Sama sekali bukan!. Itu bukan tanda kelemahan, melainkan sebuah kekuatan yang luar biasa. Hanya mereka yang berhati batu yang tak tersentuh dengan kesedihan Bu Risma.
Banyak sebab orang menangis. Ada yang menagis karena kehilangan jabatan dan ada pula yang menangis gara-gara ditinggal pacar. Tetapi tangisan Bu Risma lain. Tangisan beliau mencerminkan kelembutan hatinya. Menggambarkan kepekaannya terhadap penderitaan orang lain. Tangisan Bu Risma adalah merangsangnya aliran susu ibu ketika mendengar jeritan bayi yang kehausan. Tangisan Bu Risma adalah air mata awan yang menyebabkan hutan-hutan tersenyum.
Bila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allah yang Maha Pengasih, mereka rebah bersujud dan menangis (QS 19:58). Bu Risma telah membaca ayat-ayat itu. Ayat dalam arti “tanda” Allah. Ayat yang bersemayam dalam diri anak-anak jalanan yang menderita. Ayat yang mengejawantah dalam diri psk-psk yang diabaikan. Bu Risma rebah, bersujud dan menangis. Tanpa disadarinya beliau telah mengikuti jalan suci orang-orang terdahulu. Airmatanya membasahi jalan perjuangan para pembela kebenaran.
Ada seorang sahabat Nabi SAW paling miskin bernama Sa’ad bin Muadz Al-Anshari. Suatu hari Sa’ad bertemu Rasulullah SAW dan memperlihatkan tangannya yang melepuh karena memecah batu sebagai matapencariannya. Nabi SAW tak kuat menahan haru dan meneteskan air mata. Beliau raih tangan Sa’ad dan menciuminya, sambil berkata : “Inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh oleh api neraka”. Nabi SAW menangis karena kepekaannya kepada penderitaan orang-orang kecil. Begitu juga Bu Risma.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H