Lihat ke Halaman Asli

Irul

xxxxx

Makin Malas Membaca

Diperbarui: 17 Juni 2015   18:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di suatu malam, ketika seorang Kompasianer diam-diam menyimak sebuah postingan, sesungguhnya si penulis tahu, tapi ia juga diam.

Kompasianer adalah kreator dalam diam. Pada layar monitor, para Kompasianer memasang mata mereka untuk mengamati Kompasiner lain yang juga memasang mata mereka untuk mengamati.

Tapi, adegan di sebuah malam itu menunjukkan sesuatu yang berbeda: "Kesendirian yang saling mengintip". Sebuah isyarat dua anak manusia yang tidak saling mengenal serta tidak ada apapun untuk dikomunikasikan, kecuali sebuah sapa:  “Tidak ada yang akan kukatakan kepadamu. Aku tahu kau disitu. Ini aku, ada disini”.

Di Kompasiana, “sapa” adalah kata lain dari eksistensi: sang pembaca menyimak, si penulis tahu.

Kompasiana bukanlah sekedar cerita melankoli ketika keakraban dirindukan, ketika kebersamaan didambakan. Dalam Sharing and Connection, berbagai pikiran saling menapak, berbagai rasa saling menyentuh, taut-bertaut di ruang yang sama. Kompasianer memangsendirian, tapi mereka dalam kebersamaan. Oleh sebab itu saling berbagi, oleh karenanya saling memberi arti.

“Sapa” itu kini semakin sepi. Kompasianer makin lama semakin sendiri. Mereka tetap giat menulis, namun makin malas membaca.

Itu tentu bukan suara seorang Kompasianer putus asa yang ingin mengatakan, bahwa eksistensi di Kompasiana adalah ilusi. Kata-kata itu justru isbat kepada konsistensi menulis dalam semangat yang semakin memberat, dengan segala angan-angan yang tak pernah sampai.

Ya, kita harus menerima nasib sepinya pembaca dengan rasa cinta. Cinta berarti memberi. Menulis adalah memberikan satu kesempatan kepada mereka yang tertarik akan ide-ide, mengajak ikut serta dalam suatu penjelajahan, menikmati keindahan serta memasuki sebuah gelora yang membara.

Menulislah!, lupakan pembaca. Buanglah kata-kata yang selalu ingin kau ucapkan tapi tak pernah terucapkan: “Datanglah, Kawan!. Aku tahu kau disitu”.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline