Lihat ke Halaman Asli

Seorang Malaikat untuk Raka

Diperbarui: 30 November 2015   21:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Cheonsa, nama aneh yang aku berikan untuk gadis berambut ikal dan berkulit putih pucat di sekolahku. Dia adalah gadis sederhana yang mudah bergaul dan memiliki sifat yang baik. Terkadang tingkah lakunya membuat kami, aku dan teman- temanku tertawa.Aku sangat mengenal sosok gadis penuh harap ini, sejak aku tau dia menyukai sahabat karibku.

Tiga tahun yang lalu, aku dan Raka baru saja masuk ke sekolah menengah pertama di kota kecil ini. Entahlah, mungkin karena wajah tampanku ini membuat aku dan Raka menjadi bahan bisikkan manis kakak- kakak perempuan di sekolahku.

Di tengah keriuhan siswa perempuan yang mengelilingi tubuhku dan Raka. Aku temukan sepasang bola mata hitam yang sendu menatap dengan serius ke arah Raka. Cahaya matanya menembus kaca tebal jendela kelas mencari jalan untuk menatap seorang pangeran yang tak mengenalinya. Namun, bukan seperti yang aku bayangkan, Cheonsa yang aku kenal pertama kali tidaklah pemalu dan pendiam seperti sekarang. Dia mengalikan tatapannya ke arahku, dia tersenyum sedikit dan memberikan sebuah isyarat agar aku mengatakan kepada Raka bahwa ada seorang putri yang menunggunya di balik jendela itu.

Puisi- puisi indah untuk Raka mulai bermunculan setiap hari. Cheonsa memulai petualangan cintanya lewat perasaan yang dia utarakan dengan percikan tinta pada kertas putih. Kata- kata pujian untuk pangeran impiannya membuat Raka tersanjung. Aku tidak pernah berpikir bahwa cinta yang dirasakan sang Cheonsa hanya sebatas cinta monyet di bangku SMP.

Cheonsa bukan gadis buruk rupa yang membuat sang pangeran jijik terhadapnya. Raka menyadari ketulusan puisi cinta Cheonsa. Namun, untuk membuktikan itu Raka membuang semua surat yang Cheonsa berikan.

Perasaan Cheonsa tersakiti, tidak ada lagi puisi indah yang bisa kubacakan untuk pangerannya. Lama- kelamaan Raka menyesali perbuatannnya. Saat sang Cheonsa berjalan di taman belakang sekolah bersama putri- putri lainnya, pengeran datang membawa penyesalan dan meminta maaf pada Cheonsa.

“Maafkan aku, bisakah kita mengulangnya dari awal?.” Tanya Raka

“Sa, maafin aja Sa.”

Cheonsa yang lugu mencarik sebuah kertas dan mencatat nomor ponsel yang ternyata sudah tidak aktif lagi.

“Alsa, apa Raka menelponmu tadi malam?.” Tanya sahabat Cheonsa yang mendapatkan gelengan pelan dari Cheonsa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline