Lihat ke Halaman Asli

Hazmi SRONDOL

TERVERIFIKASI

Penulis/Jurnalis

Domain Blog dengan Nama Sendiri, "Personal Branding" atau ... ?

Diperbarui: 7 Agustus 2015   16:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi, blog (Shutterstock)

Seorang sahabat bertanya, "Orang-orang pada berbondong-bondong pake domain. Kok aku jadi merasa jadi blogger katro ya....keunggulan pake domain itu apa ya? Mohon pencerahannya dong :-)"

Ya, pertanyaan itu akhirnya muncul diberbagai status sahabat. Termasuk yang saya copy diatas. Pertanyaan yang sebenarnya merujuk pada pertanyaan: bagaimana urgenitas memakai nama sendiri untuk domain blog? Contohnya: www.hazmisrondol.com

Banyak jawaban yang muncul, dari sekedar teknis SEO (Search engine optimization) hingga yang sedang hits dibicarakan dalam 5 tahun terakhir ini, yaitu : personal branding.

Untuk SEO, memang ada benarnya. Setidaknya untuk para 'white' SEO yang memang khusus mengumpulkan tulisan pada satu/atau dua blog dan rajin update di blognya tersebut. Namun bagaimana dengan "black" SEO yang jagoan spamming dan copas dengan teknik tertentu yang mempunyai aplikasi editing copas agar tidak ter-detect google dan mampu meraup banyak hits untuk menggelembungkan pundi-pundi dollar di celengannya? Apakah memang perlu domain dengan namanya? :-)

Hmm... saya tidak bisa menjawabnya. Karena saya tidak bermain di ranah tersebut. Sekedar tahu dan paham algoritmanya saja. Saya mengakui, saya masih berada pada level blogger "ilham". Menulis berdasarkan 'wangsit' walau kadang menabrak pakem keyword atau aturan-aturan dasar LSI (Latent Syntax Index) tersebut. Kata "berbagi dan terus update" lebih besar mendominasi.

Nah, memang paling mendekati jawaban pertanyaan tersebut adalah perihal personal branding. Saya pun dulu sempat hampir mensetujui jawaban ini 100%. Namun sebelum ikut menjawab dengan jawaban serupa, mendadak ada telefon dari sahabat yang lain.

Kebetulan, pembicaraan mendadak membahas soal makna "personal branding" itu. Sahabat saya, mendadak bertanya: "mas, emangnya dalam Islam ada ajaran untuk membangun 'personal branding'?. Trus zaman nabi, mana yang lebih kuat popularitas dan brandingnya antara Abu Jahal dengan Nabi Muhammad?"

Saya tercekat. Kata-kata berhenti di tenggorokan.

Ya, saya serasa ditampar dan disadarkan oleh pertanyaan ini. Saya coba cek tetang personal branding dalam Islam. Tak satu pun saya temukan. Malah semakin mengerucut untuk menyampaikan "yang haq adalah haq. yang bathil adalah bathil". Apalagi sang sahabat juga menambahkan, "dalam personal branding, ada celah-celah kita mengelabuhi pembaca kita. Memberikan kesan palsu terhadap diri kita, mas. Apa enaknya jadi sosok palsu?".

Duh, makin mengerikan pertanyaannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline