Lihat ke Halaman Asli

Hazmi SRONDOL

TERVERIFIKASI

Penulis/Jurnalis

Serial Married Part 12: Rayuan Si Muka Bengis

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13269209971876070504

“Pulang yuk” ajak Andre

“he-eh” jawab Rika sambil mengangguk.

Kali ini dipegangnya kuat-kuat lengan Andre dan diletakannya kepalanya bersandar di bahu kekasihnya. Mereka berjalan seperti orang yang tidak bertemu bertahun-tahun. Embok-embok pedagang pasar pun tampak saling berbisik, ada yang mengomentari miring. Tapi lebih banyak yang sebenarnya iri. Mungkin dijaman mereka, boro-boro gandengan tangan, jalan bersebelahan juga sudah sedep banget. Heheheh...

“Nggak papa nih kotor mobilnya?” tanya Rika retoris.

“Sudah resiko ngajak pacarnya mencangkul disawah” canda Andre

Rika hanya pura-pura mendelik sambil bibirnya manyun. Andre tampak geregetan dan pura-pura memonyongkan bibirnya untuk. Ups! Mereka hanya saling tertawa saja. Andre tampak memperlakukan Rika bak putri raja. Dibukanya pintu mobilnya dan sedikit membungkuk sambil  tangannya meberi tanda mempersilahkan masuk.

Sementara embok-embok dipasar yang melihatnya sambil berbisik-bisik, ada sepasang mata mengawasinya dari jarak yang tidak sebegitu jauh.

......

Mobil melaju dengan kecepatan biasa, lebih cepat dari angkutan desa namun lebih lambat dari motor beroda dua. Rika sudah berubah menjadi riang, Andre juga sudah mulai bercanda-canda lagi. Sesekali tampak di bayang-bayang dari belakang mobil Rika sesekali mencubit Andre dan memukulinya mesra.

“Aneh, kenapa mereka tidak berbelok ke arah jalan rumah Rika?” katanya dengan bergumun sendirian didalam mobilnya.

Sosok yang mengawasinya semenjak di dalam pasar itu tampak menjaga jarak dari belakang mobil Andre. Namun sesekali mendekat tapi tidak mencoba untuk mendahului walaupun sebenarnya mampu.

“Sialan! Kenapa mereka berhenti?” tanyanya lagi kepada dirinya sendiri saat mobil itu berhenti di jalanan yang sepi. Jalanan berkelok-kelok menuju arah daerah wisata di lereng gunung itu.

Dengan wajah penuh kedongkolan, terpaksa mobilnya mendahului pasangan muda yang menepi. Diliriknya dari spion mobil hingga menurutnya kendaraannya tidak tampak lagi oleh mobil Andre. Tak lama ia pun menepi juga di dekat kios rokok di pinggir jalan.

..........

Dua bibir itu saling bertautan. Hingga nafas mereka terengah engah seperti orang usai berlari marathon.

“Iiih, Andre nakal! Kok itunya di keluarin?” sungut Rika manja.

“Ayolah...” kata Andre

“Emoh!”

“Kenapa?”

“Takuuut”

“Takut apa? Kan nggak hamil. Paling kesendak doang” kata Andre menggoda.

Rika pun mencubit Andre lagi. Cubitan campur aduk dari sebel, cinta dan ehm... sedikit gairah yang semenjak malam di villa itu membuatnya ketaguhan sendiri. Seperti orang yang usai meminum segelas air laut, air yang membuatnya merasa haus dan terus haus tanpa berhenti atau menghentikannya.

“Takut dilihat orang Andre. Malu” kata Rika sambil sedikit manyun.

Manyun yang disambut Andre dengan tautan bibir manyun yang lain.

“Ya sudah, ke Vila sebentar yuk” ajak Andre.

Mobil pun kembali melaju. Setealh beberapa jauh. Andre tampak mengerutkan keningnya saat melihat mobil yang berhenti di warung rokok di pinggir jalan arah yang sama.

.........

“Eh pak, ini uangnya!”

“kembaliannya?” tanya bapak penjual rokok dan minuman ringa itu.

“Ambil saja. Saya buru-buru”

“Oh terima kasih pak. Sering sering yaaa”

Pembeli rokok itu hanya diam dan segera masuk kedalam mobilnya.

“Sialan! Mereka sudah jalan lagi. Aku harus segera menyusul mereka!” gumannya lagi.

........

“Kok kamar yang ini lagi Andre?” tanya Rika saat pintu Vila dibuka.

Andre hanya tersenyum dan langsung memeluk tubuh Rika yang sebenarnya masih terdapat sisa-sisa tanah mengering di kakinya. Sambil berkata,

“Aku mencintaimu sayang”

Kata cinta yang sudah campur aduk dari rayuan atau kode transfusi nafsu. Rika yang sudah lama tak bersama Andre sepertinya paham. Karena, tanpa di kode pun sebenarya Rika sudah sangat ingin sentuhan pria yang dirindukannya.

Cuman masalahnya, Rika mesti mandi dulu. Takut bau.

.............

“Bajingan!”

“Kok jebul bisa tho Rika diajak ngamar?”

“Aduh! Dapat ampasnya”

“Tapi nggak papa daripada nggak kebagian”

Katanya dalam hati.

“Ini kuncinya pak” kata resepsionis penjaga Vila.

“Oh iya, Terima kasih” jawabnya sambil menerima kunci.

Ia pun masuk ke villa yang tidak begitu jauh dari vila Andre dan Rika. Dari wajahnya tampak rasa kesal, iri dan keheranan luar biasa. Ingin sekali ia mengintip dari pintu kamar pasangan muda itu, tapi ia sadar, itu terlalu mencolok.

............

Rika tampak mengelendot manja sambil memeluk Andre yang tampak masih terlentang sambil menatap langit-langit kamar.

“Ada apa? Kok aneh. Nggak enak yah?” tanya Rika

“Enak, cuman sedang heran saja”

“Heran kenapa?”

“Aku merasa kita sedang di buntuti. Ada yang mengikuti kita rupanya” kata Andre

Rika pun terkejut. Wajahnya mendadak menjadi pias. Sedikit ketakutan.

“Siapa yang membuntuti kita?” tanyanya panik.

“Mobil plat G yang sedari pasar tadi”

“Mobil yang mana?”

“Yang tadi ikutan berhenti di warung rokok” jelas Andre

“iiiiih, yang mana sih? kok aku nggak liat” tanya Rika keheranan.

“Ya iya, kamu malah ngajak cipokan. Gimana liat” kata Andre tertawa.

Rika cemberut lagi sambil mencubit dari dalam selimut.

“Wadaow! Jangan salah cubit. Nanti yang bengkak beda lagi loh” kata Andre sambil tertawa.

Rika pun semakin mencubitnya dengan beruntun. Dan masuk kedalam selimut itu. Sesaat kemudian cubitan itupun berhenti. Andre terdiam. Berganti mendesis. Seperti ular atau ban yang sedang di kempesin.

........

“Kenapa Andre?” tanya Rika keheranan saat Andre mendadak berhenti ketika hendak masuk ke tempat resepsionis dan untuk menggembalikan kunci kamar.

“Lihat, mobil yang membuntuti kita ternyata disini juga” kata Andre sambil berbisik.

“Mana?”

“Itu” tunjuk Andre.

Rika tertegun. Sepertinya Rika juga mengenali mobil itu.

“Sudah, yuk balikin kuncinya” kata Andre.

Andre ppun segera menggeret tangan Rika. Ketika kunci sudah dikembalikan dan keluar dari ruangan itu. Mendadak Rika terkaget. Sosok yang membuntuti juga kabet. Andre terdiam sebentar lalu dengan nekadnya ia bertanya,

“Kenapa ngikutin saya om? Kesasar yah? “ tanya nya sengit

“eh.. eh.. enggak... enggak.. eh” jawab sosok itu gelagapan kaget.

Rika haya menunduk. Pria itu juga.

..................

“Kamu kenal dia?” tanya Andre dengan tatapan mata tajam.

“Kenal”

“Kenal dekat?”

Rika menggeleng.

“Nggak usah bohong Rika! Siapa si muka bengis itu!” tanya Andre dengan suara meninggi.

“Nggak bohoooong Andreee... dia pak Gondo, pejabat yang ketemu waktu di Brebes”

“Kok bisa kenal?”

Rika menarik nafa sebentar, setelah itu baru dijelaskannya sosok pak Gondo yang pejabat pemerintah berseragam dan terdapat tanda pangkat yang tinggi di pundaknya. Sosok berkepala botak dan berperut buncit yag sepertinya naksir berat padanya. Andre hanya mengangguk saja dan mulai paham duduk perkaranya.

“Tapi Andre, wajah culun begitu kok di sebut ‘bengis’? kan nggak ada galak-galaknya?” tanya Rika keheranan.

“Iya, memang itu tipe wajah ‘bengis’ alias....”

“Alias apa?”

“Alias keBElet NGISing!”

Rika pun tertawa terbahak. Memang ada benarnya, pak Gondo memang wajahnya mirip orang yang kebelet ngising alias kebelet berak.

..............

Rika tampak mengenggam tangan Andre dengan erat. Malam minggu ini adalah malam minggu terakhir sebelum Andre akan berangkat kuliah di Jakarta sekaligus mengurus dealer mobil bekas papanya. Rika menitikkan airmatanya sekali-kali diusap oleh jemari Andre.

“Kamu nggak akan meninggalkanku kan?”

“Nggak sayang”

“Kamu nggak lupa kan sama aku?”

“Enggak...”

“Cewek Jakarta kan cantik-cantik”

“Kamu lebih cantik Rika”

“Bohong”

Andre pun melingkarkan tangannya ke pinggang Rika. Rika hanya bisa menyandarkan kepalanya ke bahu Andre.

..............

“Tuh kan, palingan dia juga sudah lupa sama kamu Rika. Jakarta tuh banyak hiburan disana. Ceweknya sexy-sexy dan pria mana yang kuat digoda-goda. Apalagi Andre bawa mobilnya gonta-ganti” kata pak Gondo memanas-manasi.

“Ya mungkin sibuk kali pak, namanya juga baru masuk kuliah” jawab Rika membela kekasihnya.

Pembelaan yang sebenarnya sangat terbalik dengan apa yang ia rasakan didalam hatinya. Memang semenjak masuk kuliah di Jakarta tiga bulan ini. Andre baru sekali pulang dan menemuinya. Padahal Andre sudah berjanji kalu tidak dua minggu atau sebulan sekali Andre akan datang kerumahnya. Tapi ini kok berbeda.

“Sibuk apa? Aku juga pernah kuliah dan nggak sesibuk itu?”  Kata pak Gondo lagi.

“Emang pernah kuliah juga yah? Kirain kursus?” jawab Rika ketus.

Pak Gondo tampaknya melihat acara panas-panasan nya tidak menemu jalan yang diharapkannya. Ia segera memutar otak bagaimana agar Rika mau dengannya. Setidaknya bisa lebih dekat daripada sekedar kenal.

“Bagaimana kalu ternyata pacarmu punya pacar disana?” tanya pak Gondo hati-hati

“Aku akan menyusulnya ke Jakarta” jawabnya

Pak Gondo tampak terkejut dengan jawabn tak terduga dari mulut Rika.

“Lha sekolahmu?”

“Nggak penting. Aku mau Andre bukan sekolah”

Pak Gondo semakin panik melihat kekerasan hati Rika terhadap Andre. Tidak disangkanya, anak SMU cantik ini begitu susahnya di tembus rayuannya.

“Mau pesen apa pak? Mbak?” tanya pelayan restoran itu kepada pak Gondo dan Rika.

DRRRRT!

Tampak ponsel pak Gondo menyala da segera diangkatnya.

“Halo.. ee... iya mi.. “ kata pak Gondo terbata-bata.

“Sop buntut aja mas, minumnya teh botol yah” kata Rika kepada pelayannya

“Ada lagi mbak?”

“Nggak, eh pak Gondo mau makan apa?” tanya Rika kepada pak Gondo yang tampak sedang menerima telpon dengan wajah sangat pucat panik.

“Bukan Mi.. bener.. sumpah.. saya sedang rapat... eee... bukan... itu suarra TV... i....”

Rika jadi melonngo melihat pak Gondo yang tampak sangat pucat, gemetaran dan peluh di keningnya menetes beberapa butir. Tampaknya pak Gondo ketakutan dengan seseorang yang meneleponnya, seseorang yang di panggilnya ‘mami’ itu.

.......

“Aduh Rika, mestinya jangan ngomong dong” kata pak Gondo sambil mengelap keningnya.

“Emangnya kenapa?” tanya Rika keheranan

“Istriku ngamuk dengar suaramu. Mati aku” jawabnya

Rika hanya tertawa kecil mendengar penjelasan pak Gondo. Aneh-aneh saja, ngomong kok diatur-atur. Emangnya ada undang-undangnya apa yah ngomong dilarang.

“Kamu nggak tahu betapa galaknya istriku Rika” jawab pak Gondo mendadak memelas.

“Aku seperti hidup di neraka” kata pak Gondo lagi, tapi kali ini dengan mata yang tampak mulai berkaca-kaca.

Rika terdiam. Sedikit tercekat. Tidak disangkanya sosok pejabat berperut buncit dan berkepala btak itu mendadak menjadi melankolis seperti itu. Bahkan mendadak pak Gondo menangis dan sedikit terisak.

Rika panik.

“E maaf pak. Maaf” katanya blingsatan.

Pak Gondo tampak mengangguk dan mulai meredakan tangin isak kecilnya yang sebenarnya tidak sesuai dengan tongkrongannya. Memang betul dia takut, kaget dan panik dengan suara Rika yang terdengar istrinya hingga membuatnya ngomel-ngomel hingga telingga pak Gondo pedas bukan kepalang.

Namun, wajah panik dan blingsatan Rika membuatnya menjadi bersyukur dalam hati. Bahkan tampak sama-samar tersenyum kecil tertahan.

“Heheheh, ketahuan celahnya sekarang. Kena kau cah ayu.” tawanya dalam hati.

“Sudah pak nangisnya, malu dilihat orang” kata Rika lagi

Pak Gondo semakin tertawa, tawa dalam hati yang tak terlihat oleh Rika karena ia menunduk saat menangis  tadi. Karena yang dilihat Rika hanya beberpa helai rambut di kulit kepalanya yang tampak mengkilat karena sudah botak.

[Bekasi, 19 januari 2012]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline