Lihat ke Halaman Asli

Hazmi SRONDOL

TERVERIFIKASI

Penulis/Jurnalis

Cara Prabowo Ngu-wong-ke Lawan lewat Pertanyaan

Diperbarui: 20 Juni 2015   03:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14029632301967554575

[caption id="attachment_343166" align="aligncenter" width="576" caption="Sumber Foto: FB/Bachren Lukskardinul"][/caption]

Saudara-saudara,

Seperti yang sudah saya duga sebelumnya, debat capres yang mempertemukan dua calon presiden tanpa calon wakilnya akan masuk ke pembahasan yang lebih detail.

Jika sesi sebelumnya--ibarat buku, Prabowo masih membuka debat dengan pokok-pokok judul besar dan daftar isi, kini mulai masuk ke dalam paparan penjelasan yang lebih detail.

Peluru-peluru utama tetangga sudah dihamburkan dan kini Prabowo mengeluarkan satu persatu senjata visi misi dan olah fikirnya secara bertahab. Pokok fikiran utama seperti "menutup kebocoran kekayaan negara Rp. 1000 trilyun" sudah disampaikannya. Sebagian dari konsep 'strategi dorongan besar' atau "the big push strategy" dan "hattanomic" yang fokus pada re-negosiasi aset asing di republik ini juga sudah mulai sedikit dibuka.

Namun, kali ini saya tidak sedang membahas detail pokok pikiran dan penjelasan itu. Saya lebih tertarik mengamati cara berdebat Prabowo yang bagi saya pribadi lebih dari sekedar mengagumkan--namun lebih dari itu, Prabowo mampu "ngu-wong-ke" atau memanusiakan lawan bicaranya lewat pertanyaan yang diajukannya pada sesi tertentu.

Ya, kita sama-sama melihat. Pertanyaan Prabowo tampak tidak ada yang sulit. Hanya bertanya soal setuju atau tidak setuju saja perihal investasi asing. bahkan ketika sudah dijawab, pertanyaan selanjutnya juga masih tidak sulit. Kembali pertanyaan berupa persetujuan tentang renegosiasi kontrak-kontrak investasi asing--khususnya pertambangan. Itu pun penuh "clue" alias petunjuk agar tetap mudah dijawab dan dijabarkan.

Jawaban dan jabaran yang memang akan didengar dan dipandang oleh seluruh dunia.

Sungguh, saat mendengar pertanyaan itu, mendadak teringat salah atasanku yang kini sudah pensiun itu. Beliau yang terkenal "galak" sering memakai format bertanya yang sama, khususnya saat sedang akan rapat mewakili beliau atau presentasi.

Pertanyaan yang tampak mudah tetapi sebenarnya saya tahu--beliau sedang meng-explore kemampuanku serta mengontrol pamahaman tantang sesuatu hal. Jika ada yang dirasanya kurang pas atau mantab, kembali "clue-clue" pertanyaan muncul sampai titik dirasanya saya sudah pantas untuk dilepasnya.

Saya pun merasa, beliau bukan sekedar atasan--tapi beliau adalah seorang guru kehidupan.

Demikian pula Pabowo Subianto ini. Dari beberapa kali pertemuan, tak sedikit pun beliau tampak sedang menggurui. Dialog berjalan natural dengan banyak kisi-kisi pertanyaan yang secara tidak langsung merupakan cara beliau memberikan pemahaman dan mendidikku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline