Lihat ke Halaman Asli

Hazmi SRONDOL

TERVERIFIKASI

Penulis/Jurnalis

DRC (Disaster Recovery Centre) INDOSAT & Nasib Satelit Palapa C2

Diperbarui: 18 Juni 2015   00:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14110559981097614781

Beberapa minggu yang lalu (8/8/2014) saya menghadiri undangan dari divisi public relation PT Indosat untuk berkunjung di salah satu stasiun pengendali satelitnya di Jatiluhur, Purwakarta.

Bagi yang belum pernah berkunjung disini, tentu akan terkesima dengan besarnya antena yang berdiri di sini. Saking besarnya, jika rekan-rekan sedang dalam perjalanan melalui jalan tol Cipularang km 80 an, coba tengok bukit disebelah barat atau kanan jika dari Jakarta dan sebaliknya--kiri jika dari Bandung akan terlihat antena-antena besar tersebut.

Nah, dalam acara tersebut--sebenarnya saya bersama rekan-rekan dari Blogger Reporter Indonesia beserta awak media mainstream sedang menengok ruang fasilitas DRC (Disaster Recovery Centre) atau fasilitas back up data bagi pelanggan jasa satelit Indosat yang dilengkapi dengan koneksi jaringan dari titik gedung pelanggan ke data centre Indosat.

Lokasinya sangat luas--terbesar malah se-Indonesia, sepertinya butuh sepeda atau skateboard untuk bisa menyusuri seluruh ruang. Harap maklum, DRC Indosat ini bukan hanya terdapat instalasi listrik cadangan (USP/Batery/Genset) apabila PLN terganggu tetapi juga fasilitas pendukung seperti working area hingga penginapan bagi yang memang membutuhkan waktu kerja yang panjang. Belum lagi ruang-ruang server besar yang mirip deretan lemari-lemari baju di rumah kita.

Nah, ada beberapa hal menarik diluar DRC yang berkembang setelah mengikuti acara ini. Pertama-tama tentu muncul beberapa pertanyaan seperti berikut:

1. Kenapa posisi Statiun Bumi Jatiluhur berapa di bukit yang tinggi dan antenanya besar-besar?
2. Kenapa satelit perlu dikendalikan? Bukannya sudah diletakkan pada posisi orbit geo stasioner?
3. Nasib satelit Palapa C2 yang orbitnya sudah berpindah tangan.

Nah, dari hasil berbincang-bincang dengan beberapa ahli disana, terdapat penjelasan sebagai berikut:

Posisi stasiun bumi yang tinggi disebabkan pada saat peresmiannya oleh Presiden Soeharto tanggal 29 September 1969--kita belum punya satelit sendiri. Posisi orbit satelitnya juga sangat jauh dari Indonesia sehingga pernah karena saking miringnya, posisi wajan hampir tegak (miring). Sudah begitu daya pancar sinyalnya sangat besar. Mirip sinar laser. Konon, burung yang terbang tepat diatas wajannya pun bisa langsung matang.

Keberadaan stasiun bumi ini berfungsi memang untuk menjaga orbit satelit agar selalu ditempatnya. Sekedar tambahan informasi, satelit geostasioner ini berada pada ketinggian +/- 36.000 km dan berapa tepat di garis katulistiwa (lintang 0 derajat). Sedangkan satelit yang berada di atas angkasa sana banyak sekali.

Contohnya pada orbit yang berapa dia atas wilayah Indonesia yaitu antara 92 derajat - 141 derajat Bujur Timur setidaknya ada 40 satelit geostasioner. Bahkan jarak antar satelit kadang sangat rapat, selisihnya kurang dari 1 derajat Bujur Timur.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline