Lihat ke Halaman Asli

Teori Free Discovery Learning

Diperbarui: 5 November 2021   22:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Jerome Bruner merupakan seorang psikolog Amerika. Semasa hidupnya, Bruner banyak memberikan kontribusi dalam bidang psikologi kognitif dan teori belajar kognitif. Bruner mengembangkan satu teori yang dikenal dengan nama Free Discovery Learning.

Teori Free Discovery Learning menjelaskan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan suatu aturan (termasuk konsep, teori, definisi, dan sebagainya) melalui contoh-contoh yang yang menggambarkan aturan yang menjadi sumbernya. Peserta didik dibimbig secara induktif untuk mengetahui kebenaran umum. Anak menggunakan proses mental seperti mengamati, menggolongkan, mengukur, menduga dan mengambil kesimpulan untuk menemukan konsep-konsep. Misalnya untuk memahami konsep kepedulian, siswa pertama-tama tidak menghafal definisi kata kepedulian, tetapi mempelajari contoh-contoh konkret tentang kepedulian. Dari contoh-contoh itulah siswa dibimbing untuk mendefinisikan kata "kepedulian".

Bruner menyatakan bahwa ada tiga proses kognitif dalam belajar, yaitu memperoleh infomasi baru, transformasi pengetahuan, dan menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. Informasi baru merupakan peningkatan dari informasi sebelumnya individu atau mungkin bertentangan dengan informasi individu sebelumnya.

Bruner lebih lanjut mengatakan bahwa penyusunan mata pelajaran dan penyajian yang sesuai dengan tahap perkembangan anak bisa membantu meningkatkan perkembangan kognitif anak. Bruner mengemukakan cara pengorganisasian materi pelajaran tingkat makro, menunjuk cara mengurutkan materi pelajaran mulai dari mengajarkan materi secara umum dan kemudian secara berkala kembali mengajarkan materi yang sama dalam cakupan yang lebih rinci. Konsep ini disebut a spiral curriculum.

Dalam pembelajaran, seorang anak menggunakan tiga sistem keterampilan yaitu enaktif (tahap usia 0-2 tahun), ikonik (tahap usia 2-5 tahun) dan simbolik (tahap 5-7 tahun). Ketiga hal ini berdasarkan pada bagaimana manusia berinteraksi di lingkungan alam dan merinci pengalaman mereka.

Tahap enaktif, seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upayanya untuk memahami lingkungan sekitar, artinya dalam memahami dunia sekitarnya anak menggunakan pengetahuan motorik. Misalnya, mengunyah, mengunyah, menyentuh, meraih, dan sebagainya.

Tahap Ikonik, seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar atau visualisasi verbal. Maksudnya dalam memhami dunia sekitarnya anak belajar melalui bentuk fisik (penampilan) dan perbandingannya.

Tahap Simbolik, seseorang telah mampu memilki ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika. Dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui simbol bahasa, logika, matematika dan sebagainya. Komunikasinya dilakukan dengan menggunakan banyak sistem simbol. Semakin matang seseorang dalam proses berpikirnya, semakin dominan sistem simbolnya.

Sebagai contoh adalah bagaimana anak belajar bermain ayunan. Pada anak di tahap enaktif, anak hanya dapat bermain berdasarkan prinsip permainan ayunan. Anak mengayunkan ayunan sehingga bisa maju dan mundur. Ketika anak berada pada tahap ikonik, anak mengetahui bahwa dengan mengayunkan lebih kencang maka ayunan akan lebih naik ke atas. Anak pun belajar menggunakan tubuhnya. Tubuh yang bergerak menyesuaikan arah akan membuat ayunan berayun lebih tinggi. Dan pada tahap simbolik, anak belajar menggunakan hukum momen dari Newton. Anak bisa melakukan kombinasi-kombinasi.

Dengan demikian Teori Bruner dapat digunakan untuk menguji apakah belajar sudah bermakna dan pengetahuan yang diperoleh anak akan lebih melekat dan mudah diingat oleh anak. "Learners are encouraged to discover facts and relationships for themselves." - Jerome Bruner.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline