Lihat ke Halaman Asli

Ratap

Diperbarui: 18 Juni 2015   07:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

kecaman ini datang beruntun

ketika hidup tak lagi berharga mati, apa yang kau janjikan lagi

meraba tanah basah dengan kalimat tak terbaca hati manusia

siapa yang mengerti

aku berdiri sendiri, mencoba meraih obor yang dinanti

sepi dalam tanah pijakan yang meruam hingga ke nadi

kemana hati manusia pergi kini

hujaman kalimat yang merobek keadilan, merobek kesadaran manusiawi

hei, kawan

kemana kau berlari, tiada lagi tempat sembunyi dari virus ini

mereka sudah mendarah, nyanyian fitnah sudah terdengar merdu

aku hanya terdiam sekali lagi

meratapi kemana hati manusia pergi

diam, bersuara dalam diam




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline