Tai Minyak? Agak aneh dan jijik ya kata pertamanya. Tapi tenang bestie, kata-nya tak se nyeleneh dengan rasanya yang bikin jadi kangen.
Tai minyak yang pada beberapa daerah di Indonesia lebih dikenal dengan tai boka, tahi lala, tain tlengis, blondo, klendo atau galendo sebetulnya adalah sebutan untuk sisahan kelapa (ampas kelapa) ketika membuat minyak kelapa.Â
Kalau daerah saya di Sulawesi Tenggara, orang-orang menyebutnya tai minyak. Warnanya kecoklatan, rasanya? ah mantap, apalagi jika dicampur dengan sambal.
Popularitas minyak kelapa memang masih kalah jika dibandingkan dengan minyak kelapa sawit sebagai bahan menggoreng makanan. Padahal dari segi nutrisi, minyak kelapa masih menang banyak dibanding dengan minyak goreng rafinasi.Â
Melansir dari laman alodokter, senyawa dalam minyak kelapa seperti asam laurat, kaprilat, dan kaprat, dapat mendukung pertumbuhan probiotik di dalam saluran pencernaan yang berfungsi untuk melawan bakteri jahat.
Minyak kelapa yang baik adalah minyak kelapa murni, bukan minyak kelapa olahan yang diekstrak dari kelapa yang masih segar tanpa diolah menggunakan bahan kimia tambahan atau diproses tanpa suhu tinggi. Hal tersebut bertujuan agar kandungan alami, seperti senyawa phenolic, tidak hilang atau rusak.
Minyak kelapa yang dibuat secara tradisional kebanyakan hanya dipasarkan sebatas skala lokal saja. Sisa olahan dari minyak kelapa yang menghasilkan ampas inilah yg membuat lidah ingin terus bergoyang saat menyantap makanan yang di mix dengan taburan tai minyak.
Sewaktu kecil, saya sering sekali menyantap tai minyak yang dipadu dalam sambal sebagai pelengkap pisang goreng dan teh hangat.
Terkadang, tai minyak juga sering saya taburi dalam nasi hangat, rasanya kayak ada manis-manisnya gitu. Makanpun jadi lebih lahap dari biasanya.Â
Olahan tai minyak juga cukup enak untuk dimakan tanpa pendamping makanan lainnya, rasanya yang gurih dan nikmat sering dijadikan pilihan cemilan saat mulut ingin mengunyah.