Lihat ke Halaman Asli

Teori Psikososial yang Dikemukakan oleh Erik Erickson

Diperbarui: 23 Oktober 2024   07:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Teori Psikososial yang dikemukakan oleh Erik Erikson adalah salah satu teori perkembangan manusia yang paling berpengaruh. Teori ini menekankan pentingnya interaksi sosial dan pengalaman sepanjang kehidupan seseorang. Erikson berpendapat bahwa perkembangan psikologis manusia terjadi dalam delapan tahap yang berbeda, mulai dari masa bayi hingga usia lanjut. Setiap tahap ditandai oleh konflik atau krisis psikososial yang harus diselesaikan untuk perkembangan yang sehat.

Berikut adalah delapan tahap dalam teori psikososial Erikson:

Kepercayaan vs. Ketidakpercayaan (0-1 tahun)

Pada tahap ini, bayi belajar apakah dunia di sekitarnya dapat dipercaya. Jika orang tua atau pengasuhnya memberikan perawatan yang konsisten dan penuh kasih sayang, bayi akan mengembangkan rasa kepercayaan. Sebaliknya, jika pengasuhan tidak konsisten atau tidak responsif, bayi akan merasa tidak aman dan mengembangkan rasa ketidakpercayaan.

Kemandirian vs. Rasa Malu dan Keraguan (1-3 tahun)

Pada masa toddler, anak mulai mengembangkan rasa kemandirian. Mereka belajar untuk melakukan berbagai hal sendiri, seperti berpakaian dan menggunakan toilet. Jika orang tua mendukung usaha ini, anak akan mengembangkan rasa otonomi. Namun, jika mereka terlalu membatasi atau terlalu mengontrol, anak dapat merasa ragu dengan kemampuannya dan mengembangkan rasa malu.

Inisiatif vs. Rasa Bersalah (3-6 tahun)

Pada usia prasekolah, anak mulai mengembangkan rasa inisiatif melalui permainan dan eksplorasi. Mereka belajar untuk merencanakan dan melaksanakan kegiatan. Jika inisiatif mereka didukung, mereka akan merasa percaya diri dalam kemampuan mereka. Sebaliknya, jika usaha mereka sering dikecilkan atau dihukum, mereka bisa merasa bersalah dan enggan untuk mencoba hal-hal baru.

Kerajinan vs. Rasa Rendah Diri (6-12 tahun)

Selama tahun-tahun sekolah, anak mulai mengembangkan rasa kompetensi dengan menguasai keterampilan baru. Mereka belajar untuk bekerja keras dan merasa bangga dengan pencapaian mereka. Jika mereka berhasil, mereka akan mengembangkan rasa rajin. Namun, jika mereka merasa gagal dalam mencapai harapan, mereka bisa mengembangkan rasa rendah diri.

Identitas vs. Kekacauan Identitas (12-18 tahun)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline