Mungkin banyak dari para muslimah atau orang lain yang belum mengerti beranggapan bahwa menjadi muslimah itu tidak bebas. Tidak boleh berjabat tangan dengan pria lah. Atau memberatkan karena harus menutup kepala dengan kain kerudung atau jilbab.
Mungkin banyak pula orang yang berkata pada Anda sebagai muslimah seperti ini “ Wah sombong, sama temen aja ngga mau salaman.” Atau pertanyaan yang sering muncul “Kamu pake jilbab emang ngga gerah? Ngga panas? Ribet banget sih. Nyiksa banget kelihatanya” Eitsss yang terlihat belum tentu menggambarkan keadaan sebenarnya. Yang tahu keadaan sebenarnya baru ya yang benar-benar merasakan.
Saya yang kerap sekali mendengar pertanyaan seperti itu pun hanya tersenyum. Atau bahkan menanggapi pertanyaan dengan jawaban singkat seperti “Saya nyaman kok,” “Ini tidak memberatkan. Biasa saja” atau “ Tak apa lah, ini kewajiban”
Awalnya saya mengerti mengapa berjabatan tangan dengan lawan jenis itu tidak boleh atau sebagai muslimah wajib mengenakan kain kerudung karena memang ada perintahnya di Al-Qur’an. Tapi gambaran sederhana dari perintah itu saya belum menemukan.
Tapi semenjak saya membaca buku yang berjudul Tutorial Menjadi Bidadari Dunia Akhirat yang saya beli beberapa hari lalu, saya mendapat jawaban dari pertanyaan diatas. Gambaran sederhana dari perintah bahwa berjabatan tangan dengan lawan jenis itu tidak boleh atau sebagai muslimah wajib mengenakan kain kerudung. Gambaran tersebut dijelaskan dalam cerita singkat seperti berikut.
Seorang lelaki nonmuslim bertanya kepada seorang syekh, “kenapa dalam islam wanita tidak boleh berjabat tangan dengan pria?”
Syekh menjawab, “Bisakah kamu berjabat tangan dengan Ratu Elizabeth?”
Lelaki nonmslim menjawab, “Oh, tentu tidak bisa!” “Cuma orang tertentu yang bisa berjabat tangan dengan ratu”
Syekh tersenyum dan berkata, “Wanita-wanita kami, kaum muslimin, adalah para ratu dan ratu tidak boleh berjabat tangan dengan pria sembarangan yang bukan mahramnya”
Si lelaki bertanya lagi, “ kenapa wanita islam menutupi tubuh dan rambut merek?”
Syekh tersenyum dan mengeluarkan dua permen dari sakunya. Ia membuka satu permen dan satu lainnya dibiarkan terbungkus. Ia melemparkan kedua permen itu ke lantai yang kotor.