Lihat ke Halaman Asli

Sri Sutrianti

Guru IPA SMP

Gunung Padang Perjalanan Sejarah dan Budaya

Diperbarui: 15 Juni 2024   08:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Perjalanan kami lakukan pada hari Minggu, dimulai dari kota Bandung. Dimana saat itu tidak ada persiapan untuk menjelajahi situs megalitik Gunung Padang ini. Mungkin persiapan pentingnya hanya mengisi batre HP,  untuk mengabadikan momen-momen berharga di sana. Sekitar 3 jam waktu tempuh dari Tol Pasteur ke Lokasi parkir Gunung Padang Yang berada di Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur.


Perjalanan yang Berkesan
Perjalan yang sangat mengesankan dimulai setelah tiba di tempat parkir, kami melanjutkan perjalanan menggunakan ojek.  Sebuah pengalaman yang cukup seru. Kami menggunakan ojek dari tempat parkir  supaya cepat menuju  lokasi  situs dan pulangnya baru turun menapaki  anak tangga. Pengalaman tak kan terupakan, menaiki ojek di jalanan setapak   berupa “galengan” yang menanjak dan berliku dimana di bawah jalan setapak itu adalah lereng curam atau jurang.  Menaikkan Adrenalin kami. Memberikan sensasi tersendiri. Pengemudi ojek  bercerita sepanjang perjalanan. Hingga tanpa terasa sampailah kami  ke gerbang utama situs Gunung Padang.


Menyewa Pemandu
Untuk memaksimalkan pengalaman kami, kami memutuskan untuk menyewa seorang pemandu lokal. Pemandu ini tidak hanya berfungsi sebagai penunjuk jalan, tetapi juga sebagai sumber pengetahuan yang tak ternilai. Ia menjelaskan sejarah Gunung Padang, dari penemuan hingga berbagai penelitian ilmiah yang telah dilakukan.


Gunung Padang merupakan situs megalitik terbesar di Asia Tenggara dan dianggap sebagai piramida tertua di dunia. Penelitian ilmiah yang dilakukan oleh Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM) menunjukkan bahwa struktur di Gunung Padang tidak hanya berada di permukaan, tetapi juga memiliki lapisan-lapisan bawah tanah yang kompleks. Ia menjelaskan bahwa Gunung Padang dianggap sebagai situs piramida terbesar di Asia Tenggara, dengan struktur yang terbuat dari batuan basaltik yang telah diperkirakan berusia lebih dari 4.000 tahun (Nugroho, 2014).

Bukti Ilmiah dan Sejarah
Penelitian ilmiah menunjukkan bahwa Gunung Padang memiliki struktur yang kompleks, terdiri dari lima teras yang semakin ke atas semakin sempit. Temuan arkeologis mengindikasikan bahwa situs ini mungkin digunakan sebagai pusat kegiatan ritual dan spiritual masyarakat kuno (Adi, 2016).
Selain itu, studi geologi telah mengidentifikasi adanya lapisan-lapisan tanah yang memperkuat hipotesis bahwa Gunung Padang telah melalui berbagai fase pembangunan dan penggunaan yang berbeda sepanjang sejarah (Setiawan et al., 2017).
Gunung Padang juga telah menarik perhatian para Arkeolog dan Geolog dari seluruh dunia. Bukti ilmiah menunjukkan bahwa situs ini mungkin telah digunakan sejak zaman prasejarah, dengan berbagai artefak yang ditemukan menunjukkan adanya aktivitas manusia yang intens di wilayah tersebut. Analisis karbon menunjukkan usia beberapa lapisan di bawah permukaan yang mencapai ribuan tahun.


Bagian-Bagian Gunung Padang
Gunung Padang adalah situs megalitik terbesar di Asia Tenggara dan terdiri dari beberapa bagian utama yang masing-masing memiliki karakteristik dan fungsi tersendiri:

1. Teras Pertama.  Teras pertama adalah area terendah yang berfungsi sebagai pintu masuk menuju situs. Teras ini ditandai dengan tumpukan batuan basaltik yang membentuk jalan setapak menuju teras-teras berikutnya.


2. Teras Kedua. Teras kedua memiliki bentuk yang lebih luas dan disana terdapat banyak batu besar yang disusun secara vertikal dan horizontal. Area ini kemungkinan besar digunakan sebagai tempat berkumpul untuk masyarakat kuno.


3. Teras Ketiga. Teras ketiga adalah salah satu teras yang paling menarik karena ditemukan sejumlah besar batu-batu besar yang diduga digunakan sebagai altar atau tempat peribadatan. Banyak batu di teras ini yang telah diukir dengan berbagai motif, menandakan pentingnya teras ini dalam kegiatan spiritual.

Teras 3. Dokpri


4.Teras Keempat Teras keempat lebih sempit dan memiliki susunan batu yang lebih teratur. Beberapa batu di sini membentuk struktur yang mirip dengan tempat duduk, yang mungkin digunakan oleh para pemuka adat atau tokoh spiritual.

Teras 4 . Dokpri

5. Teras Kelima. Teras kelima adalah bagian tertinggi dari situs ini. Teras ini diduga berfungsi sebagai tempat pusat kegiatan ritual dan persembahan kepada dewa atau leluhur. Pemandangan dari teras ini sangat indah dan memberikan nuansa spiritual yang mendalam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline