Dalam artikel sebelumnya, kita telah membahas tentang Wot Batu, sebuah instalasi seni yang menawarkan pengalaman meditatif dan reflektif. Pada kesempatan ini kita masih membahas karya monumental Bapak Sunaryo berikutnya yaitu Selasar Sunaryo Art Space (SSAS) yang berlokasi di jalan Bukit Pakar Timur nomor 100 berhadapan dengan Wot batu.
Pada bulan Januari- April 2024 Selasar Sunaryo merayakan tonggak penting dalam perjalanan panjangnya dengan mengadakan perayaan ulang tahun ke-25. Acara monumental ini dibuka oleh Prof. Edy Sedyawati, seorang tokoh terkemuka di bidang seni dan budaya Indonesia. Dalam pidatonya Prof. Dr. Edy Sedyawati menyampaikan pesan yang mendalam tentang peran Selasar Sunaryo dalam lanskap seni dan budaya Indonesia.
Beliau berkata, "Selasar Sunaryo bukan hanya menjadi wadah perkembangan seni rupa modern dan kontemporer tetapi telah berubah menjadi gelanggang kebudayaan baru Indonesia yang sangat kreatif dan eksploratif."
SSAS menempati topografi perbukitan Bandung Utara dengan lahan yang cukup curam. Secara keseluruhan, Dr. Baskoro Tedjo mendesain tempat ini dengan pendekatan rasionalitas untuk "menciptakan struktur puitis yang akan berdialog secara positif dengan lahan."
Bangunan ini dianugerahi Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Award kategori fasilitas institusi kebudayaan pada tahun 2002 sebagai bangunan yang memiliki kualitas keintiman dalam dialog dengan lingkungannya.(https://www.selasarsunaryo.com/bangunan)
Ruangan-Ruangan di Selasar Sunaryo Art Space:
1. Ruang A
Ruang pameran utama di lantai atas ini kerap digunakan untuk memamerkan karya-karya Sunaryo atas dasar periodisasi dan nilai kesejarahannya
Ruang pamer untuk menampilkan koleksi tetap Selasar Sunaryo Art Space, pameran sementara seniman lain, lokakarya, pemutaran film dan program seni visual lainnya. Ruang ini memberikan ruang bagi seniman untuk menampilkan karya mereka dan bagi pengunjung untuk mengeksplorasi berbagai bentuk seni rupa.
3. Amphitheater
Panggung terbuka ini dibangun di atas lahan berkontur miring dan dirancang secara khusus dengan pengaturan akustik alami. Dengan tempat duduk yang bertingkat, arena pertunjukan ini berkapasitas 250 orang.
Amphitheater di SSAS digunakan untuk pertunjukan seni, diskusi, dan seminar. Filosofi di balik ruang ini adalah "keterbukaan". Mencerminkan sifat seni yang inklusif dan dapat diakses oleh semua orang. Amphitheater menyediakan ruang di mana seniman dan audiens dapat berinteraksi secara langsung dalam suasana terbuka, mendorong dialog dan pertukaran ide.
Merupakan Fasilitas publik yang merupakan sub divisi Departemen Dokumentasi Selasar Sunaryo Art Space. Sebagai pusat data, penelitian dan dokumentasi untuk seni Rupa di Indonesia. Perpustakaan di SSAS menyimpan sekitar 1500 buku seni, budaya, dan sejarah. Filosofi yang mendasari ruang ini adalah "pencerahan". Pengetahuan tentang seni dan budaya dapat diakses oleh semua orang untuk memperkaya pemahaman dan apresiasi mereka. Perpustakaan ini menjadi sumber daya penting bagi seniman, peneliti, dan masyarakat umum yang tertarik pada seni dan budaya.
5. Kopi Selasar
Teras terbuka yang disediakan bagi para pengunjung untuk menikmati kopi dan panganan. Sambil memandang pemandangan bukit Dago yang sejuk dan asri. Tempat ini menjadi tempat berkumpul, berbagi ide. Sebuah tempat untuk berinteraksi yang santai namun sarat dengan atmosfer artistik. Rasanya betah bisa berlama-lama di tempat ini.
6. Bale Handap
Aula bawah ini adalah ruang serbaguna yang dapat berfungsi untuk program khusus seperti diskusi, seminar, pemutaran film dan lokakarya. Terinspirasi oleh bangunan tradisional khas Jawa dengan teras yang terbuka. Ruang ini terletak secara terpisah dengan bangunan utama dan dikelilingi oleh taman bambu. Oh ya, ada sekitar 7 spesies bambu yang ada di SSAS ini.
Bangunan semi-permanen yang dapat digunakan sebagai ruang proyek dan ruang pameran sementara. Ruangan yang cukup luas ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian dengan dinding sementara untuk memfasilitasi kebutuhan program.