Lihat ke Halaman Asli

Sri Sutrianti

Guru IPA SMP

Ruang Isolasi

Diperbarui: 8 Juni 2024   12:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi pribadi    

Di sini, dingin mencacah kelam malam, hingga subuh bertamu

Di sudut -sudut, debu-debu, sarang laba-laba menemanimu

Menganyam rumah harapan, dalam tiktok waktu
Di atas meja, satu pot Cattleya dengan bunga menuju layu.
 
Seorang perempuan membuka pintu, terlihat sebuah lorong kelam, tegak beku dan hitam
Dengan dinding berwarna kusam,  retak dan muram
Pada dinding berkelebat dua bayangan kecil
Tiba-tiba, terdengar bisik lembut menenggelam
“Kapan Ibu pulang, besok malam?”
 
Tiba-tiba pula, pada dinding terpampang seuntaian kata:
“Jangan menangis”
“Belas adalah iblis karena Tuhan menitahkan air mata jadi magma”
“Ah, aku tak mau berpayah-payah memahami kata,
cukup memahami diri sendiri”, perempuan itu bergumam.
 
Lalu perempuan itu membalikkan tubuhnya memunggungiku
berlari kencang mengejar bayangan, menyusuri lorong yang gelap dan lengang
Helaan cemeti menderanya, hingga tak bisa menengok ke belakang
Hingga di sebuah tikungan dia tersungkur dan memekik panjang
Kemudian meneriakan senandung senyap bumi yang tak terdengar
 
Perlahan perempuan itu menengok ke belakang
Namun jejaknya telah hilang, tak sempat pula dia mendulang bayang
Dan kini dia hanya ingin sebuah perjalanan pulang
walaupun tak mengerti kemana dia akan pulang?


 
Ruang Isolasi Nuklir RSHS,   Oktober 2023




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline