Seorang lelaki tua, rambutnya putih dan punggungnya sudah terbungkuk
datang padaku menjelang petang
Dia ingin menemui ayahku, karena sudah lama tidak melihatnya lagi di ladang
Kukatakan, bapakku sudah lama pulang
ke langit tinggi bertabur bintang
dimana tak ada batas malam dan siang
Tiba-tiba lelaki tua itu tersedu
dadanya terlihat terguncang.
Air matanya tak tertampung bagai banjir bandang.
Dia hanya bergumam
"Bapakmu begitu baik, mengapa begitu cepat KAU minta dia pulang !".
Ya, dia memang terlalu baik bagi anak-anaknya!
Ketika aku malas sekolah
dia hanya mengatakan, "diam saja di rumah daripada kamu keluyuran di luar".
Ketika aku tidak bisa mengerjakan tugas elektronika dari sekolah.
Dia hanya mengatakan, "Kamu duduk di situ, perhatikan saja yang Bapak kerjakan,
kelak kamu akan bisa menyelesaikannya sendiri".
Ya, diapun terlalu baik bagi orang lain.
Ketika pencuri itu dihakimi massa
bapak malah membawa pencuri itu ke rumah.
Menyuruhnya mandi dengan air yang sudah diberi do'a-do'a
dan memberinya makan
Kemudian menghadiahinya baju juga
memberikan ongkos buat pulang.
Dan dia hanya berkata, "Dia mencuri karena merasa kekurangan, maka dia harus dikasih"
Ketika pemain musik di orkes itu tidak memiliki uang untuk menyewa tempat tinggal
bapak malah membuat petak-petak buat meraka singgah
hingga kita tak memiliki teras depan rumah
Dan berkata," Kita menjadi banyak saudara dan buatlah mereka bumetah".
Waktu itu aku tidak mengerti akan semua yang bapak lakukan kadang aku kesal.
Tapi di depan bapak tua itu, baru aku menyadari arti sebuah kebaikan dalam keikhlasan.
Pak, aku ingat Ketika malam itu tiba-tiba kamarmu semerbak melebihi wangi kasturi .
Dan engkau berkata" Bapak akan pulang sebentar lagi!".
Kemudian nafasmu tersengal.
Rupanya mereka sudah menjemputmu.
Ya, wajah -wajah penuh cahaya;
cahaya itu menjemputmu dan membawamu melesat melayang ke langit tertinggi
sampai ke ujung paling tepi.
Mengenang kepergian Ayah terkasih
Bandung , 29 N0vember 2021