Lihat ke Halaman Asli

Pertanian Dihajar Alih Fungsi Lahan

Diperbarui: 19 Oktober 2018   21:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Hari Pangan Sedunia kemarin tidak hanya diwarnai perayaan. Tapi ada juga keprihatinan. Seperti disampaikan oleh Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Darmin Nasution kemarin.

Pada 2050 nanti, akan ada 9 milyar manusia hidup di atas muka bumi. Ada lebih banyak perut yang harus diberi makan. Tapi ironisnya, lahan pertanian sumber pangan tidak bertambah luas. Malahan makin susut.

Data yang dipaparkan Darmin, sejak 1990 pertumbuhan produksi pangan hanya sekitar 1,5% setahun artinya separo dari 30 tahun sebelumnya.

Darmin sama seperti kita. Ia bisa melihat lahan pertanian mengkerut. Terutama di pulau Jawa, yang adalah lumbung beras Indonesia. Banyak areal persawahan yang kini berubah fungsi, jadi pemukiman, kawasan industri, atau infrastruktur.

Oleh karena itu, ini jadi tantangan yang berat bagi produksi pangan di Indonesia.

Bank Indonesia pernah mengeluarkan data yang menunjukkan bahwa ada banyak tantangan berat di sektor pertanian, padahal sektor ini sangatlah vital. Pada sisi produksi, ada kebutuhan peningkatan kapasitas, produktivitas, insentif untuk petani, hingga akurasi data.

Sementara itu, permasalahan dalam distribusi antara lain panjangnya tata niaga dan adanya pelaku-pelaku yang dominan di pasar. Di samping itu, pembentukan harga juga dikuasai oleh beberapa pelaku pasar saja.

Permasalahan pun terjadi dalam hal keterjangkauan harga. Bank sentral memantau, struktur pasar produk pertanian dikuasai oleh beberapa pelaku utama saja.

Ketiga permasalahan tersebut juga perlu ditangani agar ketahanan pangan nasional dapat terwujud. Pasalnya, apabila ketahanan pangan tidak berjalan baik, kerentanan pangan tidak hanya mengganggu perekonomian, namun juga kesejahteraan masyarakat.


Sumber berita

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline