Lihat ke Halaman Asli

Keberhasilan Perdagangan ke Benua Biru

Diperbarui: 4 Oktober 2018   18:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Dok Pribadi

Sekali lagi, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita membuktikan kepiawaiannya berdagang sekaligus berdiplomasi. Baru-baru ini, Enggar mengungkapkan bahwa perdagangan Indonesia ke Eropa bisa melonjak hingga berlipat ganda.

Indikatornya adalah Swiss, yang merupakan negara anggota asosiasi perdagangan bebas Eropa (European Free Trade Association) mulai membuka diri untuk produk-produk dari Indonesia.

Kabar gembira ini muncul tak lama setelah Menteri Perdagangan menyatakan produk-produk Indonesia bisa masuk ke Amerika Serikat tanpa dikenakan bea masuk tambahan. Padahal saat ini, negeri Paman Sam tersebut sedang dalam mode perang dagang. Banyak negara-negara, seperti Cina, Kanada, dan Uni Eropa yang produknya dikenai bea masuk tambahan. Namun Indonesia, bisa mendapat pengecualian. Produk kita bisa leluasa masuk ke Amerika, karena lobi dan diplomasi dagang Enggartiasto ke sana.

Kendati sudah menjadi Menteri, yang notabene adalah pejabat birokrat, rupanya jiwa dagang Enggar tidak serta-merta hilang. Justru dalam kapasitasnya sebagai pejabat negara, Enggar memfasilitasi perdagangan Indonesia. Dengan kata lain, yang dijadikan komoditas dagang Enggar saat ini adalah produk-produk Indonesia.

Sebagai contoh, negara seperti Swiss, Islandia, dan Norwegia berkomitmen untuk membeli minyak sawit, kopi, kakao, hingga produk perikanan dari Indonesia.

Ekspor komoditas Indonesia ke tiga negara tersebut, ibarat jalan masuk menuju pasar yang lebih besar. Yaitu Benua Biru, Eropa. Karena ketiga negara tersebut adalah anggota asosiasi pasar bebas Eropa. Bila kita sudah mendapat kepercayaan dari ketiga negara anggota tersebut, akan sangat mungkin negara-negara anggota lainnya berminat dengan produk-produk Indonesia.

Menurut data Kementerian Perdagangan, neraca perdagangan Indonesia dengan negara anggota EFTA di tahun 2017 lalu sudah surplus sebesar US$22 juta. Makin terbukanya pintu negara-negara EFTA, berpotensi memperbesar surplus tersebut. ( cnnindonesia.com

Menteri seperti inilah yang dibutuhkan oleh Indonesia. Punya kemampuan berdagang sekaligus berdiplomasi. Sehingga dalam kapasitasnya sebagai pejabat, ia bisa menjadi duta perdagangan di luar negeri. Tentu dengan catatan, ia hanya menjual produk atau komoditas dari Indonesia. Bukan menjual negara Indonesia kepada asing.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline