Lihat ke Halaman Asli

Jangan Remehkan Ancaman Paceklik

Diperbarui: 2 Oktober 2018   13:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Meremehkan alam adalah kesalahan terbesar manusia. Karena kita tidak tahu sebesar apa kekuatan yang tersimpan di alam ciptaan Tuhan ini. Sayangnya, pemikiran itu tidak dipahami semua orang.

Beberapa waktu belakangan, Menteri Pertanian Amran Sulaiman menyatakan bahwa paceklik tahun ini tidak akan berdampak signifikan terhadap pertanian. Oleh karena itu, ia tenang-tenang saja mengekspor jagung dari Indonesia ke luar negeri. (Tribunnews.com

Ternyata belakangan, paceklik yang dianggapnya 'gak ngaruh' itu, mulai menunjukkan keganasannya di sektor pertanian. Efeknya mulai terasa bagi para petani jagung. Produksi mereka mulai menurun, seiring dengan lahan yang kekeringan.

Pihak yang sudah mulai berteriak adalah peternak yang selama ini menggunakan jagung sebagai sumber bahan baku pakan ternak. Mereka mengeluh, sulit menemukan jagung yang berkualitas. Kalaupun ada stok di pasaran, harganya sudah tidak masuk akal. Walhasil, peternak dihadapkan dengan buah simalakama.

Beli jagung, harganya mahal, sehingga harga jual produk ternak ikut mahal. Mengganti jagung dengan gandum, ternak jadi pucat, sehingga harga jual produknya turun. Peternak pun merugi.

Orang yang paling disalahkan atas kondisi tersebut adalah Menteri Pertanian Amran Sulaiman. Kemarin ia mendorong ekspor jagung keluar negeri, seolah tanpa mempertimbangkan ketersediaan jagung di musim paceklik ini. Mungkin ia mengincar pencitraan, bahwa sebagai Menteri Pertanian, ia sudah menciptakan swasembada jagung dalam negeri hingga mampu mengekspor. Alih-alih berpikir jangka panjang, Amran malah bilang, paceklik tidak akan berdampak signifikan.

Sekarang, saat jagung sulit ditemukan di pasaran, Peternak mau-tidak mau harus membeli jagung dengan harga mahal. Parahnya lagi, mereka bisa saja harus mengimpor jagung dari luar negeri. Ini tentu akan menjadi sebuah ironi.

Harga yang mahal untuk menebus sebuah keangkuhan Menteri Pertanian.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline