Lihat ke Halaman Asli

SRI SUNDARI

Seorang pengajar di SMP

Ketoprak

Diperbarui: 31 Desember 2022   00:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seni. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ketoprak. Tema tantangan menulis dari Omjay eh Dokjay maksudnya setelah acara temu penulis asuhan beliau. Aduh, maaf ijinkan saya menyapa dengan sapaan Omjay ya Dok. Karena belum terbiasa sepertinya.

Oh, ya ketoprak itu bisa berarti makanan untuk daerah Jakarta dan Jawa Barat. Makanan yang terdiri dari lontong, mi putih, toge, tahu goreng dengan bumbu kacang. Kacang tanah digoreng, diulek bersama cabe rawit, sedikit bawang, garam, dan gula merah lalu ditambah air secukupnya. Tuh kan jadi ngiler. Sudah larut, tak beranilah aku keluar rumah. Pending dulu deh. Besok saja belinya.

Aku punya cerita nih tentang ketoprak. Begini ceritanya.

Waktu itu aku baru berumur sekitar 9 tahun. Beberapa orang menggagas duh, tinggi ya haha. Menggagas membuat grup kesenian ketoprak. Grup itu dinamakan Maesojenar. Jawa banget yah. Ya ialah lha emang wong Jowo. Para pemainnya ya para warga. Ada bapak-bapak, ibu-ibu, mas-mas, dan beberapa mbak-mbak. 

Tujuan pagelaran ini hanya untuk menghibur warga kampung dan sekitarnya. Bahkan tetangga desa pun antusias sekali untuk menyaksikannya.

Cerita yang diusung berbeda-beda. Kadang berbau horor, kadang perebutan kekuasaan, dan peperangan. Rerata para penonton menunggu bagian "dagelan' bagian yang full adegan atau percakapan yang lucu habis. Kadang mereka sampai terbahak-bahak. Melihat riasan wajah mereka saja sudah membuat tertawa. Apalagi mendengar suara dan adegan mereka. Jian sangat menghibur. 

Almarhum Bapak salah satu pemainnya. Bapakku sering didaulat sebagai raja. Mungkin karena perawakannya yang gagah dan berwibawa. Bangga dong punya bapak seperti beliau. Emak-emak klepek-klepek lho. Bapakku tak menanggapi mereka. Beliau setia dengan keluarga tercinta.

Aku selalu gratis menonton. Penjaga tiket sudah hapal. Aku dapat melihat lebih dekat para pain memakai kostum, makeup, serta persiapan pertunjukan lainnya. Bagaimana membuat seolah air laut atau  kolam yang menyerupai air laut baik warna maupun gelombangnya. 

Mereka ternyata sehebat itu. Mengejawantahkan imajinasi dalam kenyataan. Melihat itu semua, aku merasa sangat beruntung. Pengetahuan, pengalaman, rasa penasaranku pun sirna, dan tentunya keberaniaku bertambah. Pertunjukan seminggu tiga kali.

Ibuku pun mengumpulkan pundi-pundi dari pertunjukan ini. Ibu menjual Snack, gorengan, dan soft drink. Ibu juga pernah jualan soto. Enak sekali. Duh jadi ingat almarhumah ibu. Alfatihah untuk beliau berdua. 

Demikian kisahku bersama ketoprak Maheso Jenar. Mana kisahmu? Semangat literasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline