Indahnya merayakan kemenangan dan berhari Raya Idul Fitri di kampung halaman memang menjadi tradisi sekaligus menjadi momen spesial bagi para pemudik, maupun mereka yang suka bersilahturahmi. Bu Kanjeng pun punya kisah khusus tentang indahnya SYAWALAN bersama keluarga besar Trah Wangsa Toh Ijoyo dari garis keturunan ayahnya Pak Kanjeng.
Hari raya idul fitri jadi momen istimewa saat kumpul keluarga besar yang berkesempatan melepas rindu sekaligus mengenang kebersamaan saat suka dan duka di kampung.
Keluarga yang awalnya hanya sepasang beranak pihak menjadi satu komunitas yang saling menguatkan. Adanya budaya mudik dampaknya sangat luar biasa baik dari segi moral maupun segi materi al. Betapa tidak berdecak kagum saat Bu Kanjeng melihat antrian di tiga tempat orang jualan dawet di pasar gede Solo.
Belum lagi yang kangen kulineran Solo lainnya. Ada tengkleng, selat Sol8, sosis solo dan makanan khas lainnya. Memang Solo dikenal sebagai surganya pencinta makanan yang legendaris. Cita rasa perpaduan masakan Belanda .Cina dan tradisional menyatu.
Lalu bagaimana dengan menu di acara HBH keluarga besar Pak Kanjeng? Berhubung sohibul bait tidak mau repot maka menu tang terhidang di awal ada teh hangat, es buah dan bakso. Sedang teman minum teh ada pisang kepok rebus , kacang godok, tape ketan dan emping melinjo. Sambil menunggu acara resmi dimulai ada hiburan prigen tinggal yang membawakan lagu- lagu Islami bertema idul fitri.
Pak Kanjeng yang didaulat sebagai ketua tidak harus menunggu lama..Acara pun diawali dengan tema wahyu ilahi beserta terjemahannya. Lanjut sambutan ketua dan laporan panitia sekaligus ucapan selamat datang dari sohibul bait.. Alhamdulillah acara ini juga diis7 dengan Tausyiah oleh Kiai Nurcholis dari Tegalgondo yang memberikan tema idul fitri yang sangat berkesan.
Inti bagaimana setelah berpuasa 1 bulan kita bisa lebih dekat dengan Allah dan saling menguatkan. Hal ini menjadi indah dan semangat keluarga besar trah Wangsa Toh Wijoyo semakin solid dan rukun sak lawase .
Tentu saja Bu Kanjeng sangat bahagia karena anak cucunya mendapat door prize atau hadiah hadir yang nilainya tidak terlalu berharga .tetapi yang namanya hadiah tetap saja menjadi satu keberuntungan yang patut disyukuri. By Kanjeng pun berbagi cerita dengan Pak Kanjeng. Mengapa nomor du bawah kursi numpuk di bagian ruang VIP yang ada banner nya?
Ternyata tempat itu diseting untuk kasepuhan dan diharapkan beliau yang layak mendapatkan hadiah hadir. Apa daya saat pelaksanaan para pinisepuh memilih kursi yanf ada di teras.sehingga tempat VIP kosong yang akhirnya diduduki oleh anak cucu Bu Kanjeng. Tidak heran bila 10 hadiah berhasil dibawa pulang anak cucunya.
Alhamdulillah bila rezeki memang tidak akan tertukar . Bu Kanjeng tersenyum bahagia. Walaupun untuk transpor pak kiai yang memberi Tausyiah ia yang menyediakan. Sebagai panitia busa ikut berbagi dan bersilahturahmi itu sangat membahagiakan.