[caption caption="sumer gambar; birulangit04.wordpress.com"][/caption]No. 3 Dinda Pertiwi
Sudah sepuluh tahun pernikahan kami berlangsung, 2 buah hati kami pun telah hadir. Dua lelaki yang tumbuh pintar, lucu, dan tampan Gilang dan Dimas, telah mengisi kebahagian keluarga kami. Gilang sudah kelas 2 SD dan Dimas TK. Anak-anak kita tidak tahu kalau dia dilahirkan dari orang tua yang tidak saling mencintai. Maafkan aku anak-anakku.
Aku terpaksa menikah dengan Jo…disaat aku sedang mengalami guncangan hebat dalam hidupku. Aku menikah untuk menutup luka dan sakit hatiku pada Doni kekasihku saat itu. Aku dan Doni sudah menjalin kasih sejak bangku SMA , tepatnya sejak naik kelas 2 SMA. Walau saat itu cinta kami hanya sekedar cinta monyet belaka, namun dengan bertumbuhnya waktu dan kebersamaan kami , aku sungguh sangat mencintai Doni. Sampai kita sama-sama duduk di bangku kuliah, kita sekampus walapun tidak se fakultas. Bahkan kita juga wisuda bersama-sama.
Namun sayang setelah selesai kuliah, kami ditakdirkan untuk berjauhan. Sementara aku mendapatkan pekerjaan di sebuah kota kecil dan Doni di sebuah perusahaan di Jakarta. Namun setiap liburan Doni masih selalu mengunjungiku….sampai tahun ke 3….Doni semakin jarang berkunjung. Dengan berbagai alasan kesibukan karena karirnya yang semakin menanjak. Di tahun ke 4 dan ke 5 kunjungan Doni semakin berkurang, hingga bila aku yang libur aku menyempatkan datang ke Jakarta menemui Doni.
Hingga tahun ke 6 setelah lulus, Doni belum juga ada tanda-tanda hendak melamar dan menyuntingku. Ketika aku Tanya , berbagai alasan kesibukan pula yang menjadi penyebabnya.
Hingga akhirnya aku mendapatkan Doni sedang berdua dengan seorang wanita di Apartemennya di saat aku datang tanpa memberi tahu lebih dahulu. Mereka sangat gugup dan Doni tak dapat berkata-kata lagi. Mulai saat itu aku memutuskan untuk berpisah dan tak mau ketemu Doni lagi.
Di tengah keterpurukanku Jo tiba-tiba datang dan langsung mengajakku menikah. Jo adalah temen sekantor walaupun beda divisi, walau jabatannya ada di bawahku tapi rangnya sangat baik dan pintar. Tak apalah…..aku yang sedang kalut menerima saja ajakan Jo…..walaupun aku sama sekali tak mencintainya…
Aku pikir toh…nanti lama-lama cinta akan tumbuh juga. Namun sayang …sakit hatiku pada Doni belum terobati juga….hatiku gersang, kering….Jo tak bisa masuk dalam hatiku…mengisi hatiku yang kosong.
Aku dan Jo…hanya sekedar menjalani rutinitas dan tanggung jawab sehari-hari saja….rumah tangga kami bagai di tengah padang pasir yang tandus. Hanya celoteh Gilang dan Dimas saja yang bisa menghibur hatiku.
Hingga suatu malam……aku mendengar suara sesenggukan dari seseorang yang sedang berdoa…..ternyata Jo sedang menjalani Sholat malam. Dikeheningan malam aku mendengar dengan jelas doa-doa yang dilantunkan Jo dalam isak tangisnya.
“ Ya..Allah …bukalah hati istriku sedikit saja…agar dia mau mencintaiku, setidaknya dia tidak menyiksa aku seperti ini….aku sangat mencintainya Ya Alllah…..buka lah hatinya. Tanamkan rasa cinta padanya, ijinkan istriku untuk melupakan masa lalunya….aku ingin membuatnya bahagia Ya.Allah….”
Hatiku miris…..aku merasa sangat bersalah…apa aku harus berpura-pura mencintai suamiku… aku terus bimbang. Hampir setiap malam, di sepertiga malam diam diam aku selalu mendengarkan doa-doa yang dilantunkan suamiku.