Folklor adalah cerita rakyat, legenda, musik, sejarah lisan, pepatah, lelucon, takhayul, dongeng dan kebiasaan yang menjadi tradisi suatu budaya, subbudaya, atau kelompok ( Wikipedia), yang diwariskan secara turun menurun biasanya disebarkan secara lisan tentang kebudayaan suatu daerah. Cerita yang berkembang pada suatu masyarakat itu biasanya menjadi cikal bakal atau asul-usul suatu tempat atau adat budaya tertentu. Cerita rakyat tersebut oleh Yuli Astuti ditangkap kemudian ditarik benang merah dituangkan dalam selembar kain batik tulis yang kemudian diberi merk Muria Batik kudus.
Tentu bukan hal yang mudah untuk menuangkan isi dan makna folklor dalam sebuah kain, karena cerita rakyat terkadang terdapat beberapa versi, jadi sebelum menuangkan dalam kain, Yuli Astuti perlu untuk merunut atau napak tilas, bahkan mempelajari petilasan yang masih ada dari cerita rakyat tersebut. Istilahnya menurut Yuli Astuti, perlu kulonuwun atau permisi terlebih dahulu kepada pini sepuh atau tokoh dalam cerita tersebut dengan berjiarah ke makamnya, misalnya.
Hal ini dilakukan Yuli Astuti pemilik dari Muria Batik Kudus, sebelum mengangkat cerita rakyat itu, dan menarik benang merahnya dengan canting menjadi selembar kain batik tulis klasik.
Seperti cerita mengenai Motif Kapal Kandas, yang ditarik dari sejarah kapal kandas Dampo Awang milik Sam Pho Kong di Pulau Muria pada abad 15, sehingga terjadi perdebatan antara Sunan Muria (Raden umar Said) dengan Sam Pho Kong yang pada akhirnya kapal Dampo Awang kandas di Gunung Muria. Kapal tersebut membawa rempah-rempah dan obat-obatan yang sampai sekarang tumbuh subur di Gunung Muria, salah satunya adalah Parijoto. Oleh Yuli Astuti cerita Kapal Kandas itu dituangkan menjadi motif kain batik yang sangat cantik, demikian juga motif Parijoto. Motif Pakis Haji terinspirasi dari tumbuhan yang tumbuh di sekitar Gunung Muria, karena dari tanaman pakis haji ini dulu Sunan Muria membuat tongkat, Sampai saat ini kayu pakis haji diyakini oleh masyarakat bisa mengusir hama tikus, sehingga motif pakis haji mempunyai alur seperti ular dan ukiran seperti kaligrafi.
Selain cerita rakyat sekitar Gunung Muria, masih banyak cerita rakyat lain yang diangkat menjadi motif batik tulis, seperti Motif Bulusan. Cerita rakyat tentang Bulusan ini menjadi cerita rakyat di Dukuh Sumber Bulusan Desa Hadipolo, Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus. Mengisahkan tentang Sunan Muria yang ketika pulang untuk syiar agama mendapati orang-orang yang masih sibuk di sawah sampai malam hari dengan suara kecipak --kecipuk seperti bulus, dan akhirnya mereka menjadi bulus beneran, sehingga daerah itu dinamakan Bulusan yang masih ada sampai sekarang masih ada tradisi Bulusan seminggu setelah Hari Raya Idul Fitri.