Lihat ke Halaman Asli

Sri Subekti Astadi

ibu rumah tangga, senang nulis, baca, dan fiksi

Net Zero Emissions, Bebas Emisi Itu Dimulai dari Diri Sendiri

Diperbarui: 21 Oktober 2021   20:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Image caption : ilustrasi cerobong industri yang menyebabkan emesi karbon di udara, sumber foto : id.lovepik.com

Apa sih Net Zero Emissions atau nol- bersih emisi itu?

Istilah yang belakangan ini sering muncul sejak menjadi sorotan pada Konferensi Tingkat Tinggi Iklim di Paris pada tahun 2015, dengan mewajibkan negara industri dan negara maju mencapai nol-bersih emisi pada tahun 2050. Pada akhir April 2021, Presiden Joe Biden menggagas Climate Leader's Summit , istilah Net Zero Emissions atau disingkat NZE itu makin popular. Sejumlah negara menyampaikan komitmen untuk mencapai nol-bersih emisi pada tahun 2050.

Emisi atau karbon yang dihasilkan dari kehidupan dan peradaban manusia, sebenarnya tak bisa dihentikan selama manusia masih bernafas. Karena pernafasan itu sendiri proses  memasukan O2 atau oksigen dan menghembuskan CO2 atau karbon dioksida. Bila dikalikan jumlah manusia yang ada di bumi, yaitu sebanyak 7,8 miliar, emisi karbon dari hasil hembusan napas manusia sudah berkontribusi 5,8 % terhadap volume emisi karbon tahunan.

Jadi, bagaimana bumi akan mencapai nol-bersih emisi?

Bagaimana bisa bersih  tanpa emisi bumi kita ini !  Pengertian emisi harus dipilah-pilah dulu, emisi berasal dari karbon negatif yang diproduksi dari proses industri dan gaya hidup tidak sehatlah yang diusahakan menjadi nol. Bukan karbon yang dihempuskan waktu manusia bernafas. Karena karbon yang dihasil manusia sebenarnya bisa diserap sepenuhnya hingga tak menguap sampai ke atmosfer, secara alamiah karbon produksi manusia bisa diserap oleh tumbuhan, laut dan tanah.

Melalui siklus fotosintesis pohon, perairan dan tanah, memproses emisi karbon dari CO2 dengan reaksi kimia yang kompleks dan akan membentuk karbon dan oksigen. Oksigen  dibutuhkan oleh mahluk hidup, sedang karbon dibutuhkan tanaman untuk tumbuh dan menjadi bahan dasar logam.

Karbon  yang diproduksi secara besar-besaran oleh industri dan peradaban negatif  menjadi tidak terserap oleh tanaman, inilah yang menjadi penyebab utama pemanasan global. Dengan naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer. Sebenarnya ada 6 gas rumah kaca yang memiliki koenfisien pemanasan global tinggi, dan karbon dioksida jumlahnya paling banyak di atmosfir, namun ia paling rendah menyebabkan kenaikan suhu bumi. Sehingga karbon dioksida menjadi patokan pengukur konsentrasi gas rumah kaca lainnya.

Bila emisi itu tidak lepas sampai ke atmosfer ia akan menjadi polusi dan dibutuhkan tanaman dalam siklus fotosintesis. Sebenarnya Tuhan sudah memberi jalan keluar untuk membuat udara menjadi bersih dari emisi, yaitu dengan memanam lebih banyak pohon, mencegah degradasi lahan, dan tidak merusak ekosistem laut serta perairan.

Tanaman adalah cara termudah dan termurah yang disediakan Tuhan buat menangkap karbon dioksida dan membersihkan emisi di udara,  ini sudah menjadi pengetahuan dasar yang kita pelajari sejak bangku sekolah dasar. Hutan mampu menyerap 20% emisi karbon, sedangkan laut dan perairan 23%, sisanya tanah dan yang tak terserap akan menguap ke atmosfer. 

Sehingga gas rumah kaca di atmosfir menebal akibatnya kemampuan menyerap panas dari matahari dan emisi bumi, serta melepaskannya ke semesta luar angkasa berkurang. Yang terjadi akibatnya panas memantul kembali ke bumi. Itulah sebabnya disebut dengan efek gas rumah kaca, karena bumi seperti berada dalam rumah kaca yang suhunya naik pelan-pelan karena terperangkap panas di dalamnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline