Allaahu Akbar- Allahau Akbar --Allahu Akbar Laa Illaa haillallahuwaallahuakbar Allaahu Akbar Walillah Ilham...
Gema takbir kemarin sehabis Ishak sampai fajar tiba sebelum di mulainya shalat Ied tiba, sangat membawa haru yang dalam. Kami hanya di rumah berdua, saya dan suami. Walau di masjid-masjid suara takbir bertalu-talu namun hening menyelimuti. Suara-suara petasan yang biasanya tidak mau kalah, malam tadi juga hanya satu dua terdengar. Kampung-kampung senyap. Saya lihat pak RT dan pengurus masjid saja yang tampak lalu lalang membagikan beras zakat, kepada warga yang berhak mendapatkannya.
Saya yang biasanya sampai malam masih asyik sibuk di dapur pun, sudah sejak sore selesai pekerjaan karena hanya masak opor dan sambel goreng buat berdua saja. Karena dipastikan besok tidak ada tamu, dan tidak ada keluarga yang mudik dari luar kota.
Esok paginya saya mulai gelisah, apakah ikut sholat Ied di masjid dekat rumah atau shalat berdua saja dengan suami di rumah. Setelah yakin hanya kami-kami warga kampung dan Insyaallah aman, yang akan datang mengikuti shalat di masjid sebelah akhirnya kami memutuskan shalat Ied di masjid.
Masjid kampung kami termasuk luas namun, sholat Ied tetap dilakukan sesuai dengan protokol kesehatan. Sebelum masuk lingkungan masjid kami dicek suhu tubuh, dan diberi hand sanitazer. Letak antar jemaah juga berjarak 1 meter . Jadi memang jamaah masjid sangat terbatas bagi warga sekitar yang sudah biasa shalat berjamaah di sana saja. Walaupun selama Ramadan saya shalat tarawih di rumah saja, namun saat Idul Fitri akhirnya memutuskan shalat di masjid. Dengan pertimbangan Alhamdulillah kampung kami aman, dan tidak ada warga luar yang masuk ke kampung kami.
Rasa haru dan khitmat yang saya rasakan saat sudah berada di dalam masjid. Saya mengambil tempat di lantai 2 pada balkon sebelah kanan, sedang balkon sebelah kiri diisi oleh jamaah pria. Dari atas tempat saya shalat bisa melihat jelas ke bawah, tempat imam dan khatib shalat berada.
Jarak antar jamaah kurang lebih 1 meter, tanpa ada kontak fisik salaman antar jemaah dan hanya pandangan mata saja karena kami semua juga memakai masker. Khotbah shalat juga singkat hanya doa dan harapan agar pandemi Covid -19 semoga segera berakhir dan pentingnya kita untuk selalu meningkatkan iman dan takwa kepada Allah SWT dalam menghadapi pandemi ini.
Selesai khotbah dan doa kita segera pulang ke rumah masing-masing. Tanpa ada salam-salaman saling bermaafan seperti lebaran-lebaran tahun kemarin.
Lebaran yang jatuh pada tanggal 24 Mei 2020 hari ini bertepatan dengan bertambahnya umur saya menuju usia 55 tahun. Sebuah usia yang pada waktu saya masih kanak-kanak saya berpikir di atas usia 50 tahun adalah usia yang tua sekali. Alhamdulillah saat ini saya sampai juga pada usia ini pada saat saya masih merasa sehat dan belum merasa saya tua amat ( duh maaf bukan sok muda ya..).
Namun saya harus lebih hati-hati dengan persoalan kesehatan karena bagaimanapun tubuh saya sudah menua, harus lebih mengatur menu makan, istirahat dan lebih berfikir rileks saja. Tanpa perayaan dan pesta namun saya merasa istimewa karena bebarengan dengan hari kemenangan bagi seluruh umat muslim di dunia. Alhamdulillah...
Tak lupa buat para teman-teman Kompasianer saya ucapkan Selamat Idul Fitri 1441 H, mohon maaf lahir dan batin. Taqoballahu Minna wa Minkum Barokallahu Fiikum.