Lihat ke Halaman Asli

Sri Subekti Astadi

ibu rumah tangga, senang nulis, baca, dan fiksi

Semangat Hari Kebangkitan Nasional dalam Menghadapi Covid-19 Menuju Kemenangan di Hari Lebaran

Diperbarui: 20 Mei 2020   09:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.ngopibareng.id/timeline/jokowi-posting-ilustrasi-hari-kebangkitan-nasional-2566736

Hari Kebangkitan Nasional yang diperingati pada hari ini, tanggal 20 Mei sudah selayaknya menjadi pemicu kita untuk bangkit dari keterpurukan menghadapi pandemi Covid-19 yang sampai sekarang masih kita alami.

Kalau jaman dahulu Boedi Oetomo (Budi utama) sebuah organisasi kepemudaan didirikan  untuk membangun semangat nasionalisme, oleh Dr. Soetomo, Dr. Wahidin Sudirohusodo dan Goenawan Mangoenkoesoemo para mahasiswa sekolah kedokteran STOVIA yang prihatin dengan nasib bangsa kita pada saat itu. Budi utama menjadi pemicu para pemuda untuk bangkit dari belenggu penjajahan dan menjadi cikal bakal untuk memperoleh kemerdekaan Indonesia. 

Relevansinya untuk bangsa kita yang saat ini sedang terpuruk menghadap pandemi , kita harus semangat untuk bangkit menghadap Covid-19. Dengan mematuhi protokol kesehatan dan di rumah saja. 

Kalau dulu pahlawan harus menghadapi musuhnya dengan senjata, saat ini kita perang menghadapi Covid-19 dengan hanya di rumah saja dan mengikuti protokol kesehatan. 

Kita harus sabar tetap ada di rumah untuk memutus tali rantai penyebaran virus Corona. Sama-sama berjuang, namun tugas kita harus di rumah saja.  Bisa sambil kerja dari rumah atau bahkan rebahan saja. Agar Covid-19 segera berlalu dan kita bisa beraktifitas sebagaimana biasanya dahulu.

Covid-19 ini mengajarkan pada kita tentang banyak hal, mulai kesabaran kita diuji, saat kepatuhan kita pada pemerintah untuk mematuhi protokol kesehatan, fisical distancing , sering cuci tangan dan menjaga kebersihan diri dan lingkungan. 

Kita harus sabar tidak beribadah di masjid padahal bulan Ramadan biasanya masjid menjadi sentral untuk beribadah dan menimba ilmu namun saat ini kita harus rela meninggalkannya dan mengganti dengan ibadah di rumah saja

Kita harus sabar menghadapi keterpurukan ekonomi yang dirasakan banyak orang, kalau biasanya menjelang lebaran kita  bisa belanja baju baru, kue-kue lebaran dan sebagainya, saat ini harus menahan dulu untuk tidak mudik bertemu dengan keluarga tercinta dan belanja yang penting-penting saja. 

Kita harus rela  mudik online saja, walau rasa rindu pada sanak keluarga dan kampung halaman sudah memuncak. Silaturahmi hanya bisa dilakukan jarak jauh saja.

Karena kalau kita masih nekat  tidak mematuhi aturan pemerintah dan protokol kesehatan, maka akan berjatuhan lagi korban Coid-19. Kasihan tenaga medis yang telah berjuang mati-matian, meninggalkan keluarga bahkan terancam nyawanya demi tugas melayani pasien Covid-19. 

Terus kapan selesainya pandemi ini bila kita tidak sanggup memutus rantai penularan. Karena kita sendiri tidak tahu apakah kita ini membawa virus atau bukan, karena kita tidak mau disiplin.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline