Lihat ke Halaman Asli

Sri Subekti Astadi

ibu rumah tangga, senang nulis, baca, dan fiksi

Puisi | Terpapar Rindu

Diperbarui: 17 April 2020   09:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumentasi pribadi


(1)
bulan yang tinggal sepotong menolakku dini hari tadi
padahal lama aku menanti kesempatan ini
ketika serigala terakhir, melolong nyaring sekali
memecah buih laut dengan hembusan nafas birahi
redup redam pada getar bumi yang goyang berkali-kali
tubuhku terjungkal di kolong langit tanpa rasa tanpa karsa
akulah terkeparat yang nyaris mati

karena rindu telah menggerogot jiwa
mengubah putaran menjadi keterasingan, melibas sunyi menjadi kepenatan
memaknai satu demi satu rasa bersalah
mengoyak melodi indah dengan nada kematian
tangan, kaki , hati dan tubuh sudah tak berarti lagi
aku terpapar rindu pada hidup yang penuh berkah
agar saat mataku terpejam nanti 1000 malaikat menjagaku di ujung peti mati
hingga tak ada lagi alasan untuk mengubur rindu yang abadi

(2)
Siang nanti kau telah berjanji untuk datang
kita akan bersama membakar rindu di huma
sambil memandang belalang yang kecewa tak mendapati bilah dami
mereka pasti akan terbang tinggi dengan rindu yang telah menjadi-jadi
seperti kita yang suka bermimpi berpelukan lama sekali padahal itu ilusi

aku tak pernah kecewa kalau pun ternyata kau tak datang..
toh aku sudah biasa mengunyah rinduku sendiri.
melahap habis dan menyimpan dalam dinding hati
karena kedamaian adalah melihat bening matamu tersenyum di samping rembulan
Dan kita merasakan dengup yang sama dengan ombak di lautan
seolah kita telah menyelami dasar samudera berdua
bermain-main dengan ikan, yang sesekali ekornya menyapu indah rambutmu
sebelum akhirnya ikan pari menusuk mimpi kita

(3)
aku sudah mengatakan padanya
bahwa rindu sudah pulang
membawa semua yang aku punya
dia sudah berjanji tak akan datang lagi,
Jadi berhentilah merajut nikmat sesat di otak

(4)
Kamu terdahsyat
Jadi kenapa orang sedunia jadi terpapar
ini kemenangan rindu yang terzalimi


Kudus, 17 April 2020
Salam hangat,
Dinda Pertiwi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline