Lihat ke Halaman Asli

Sri Subekti Astadi

ibu rumah tangga, senang nulis, baca, dan fiksi

Gamelan Warisan dari Bapak

Diperbarui: 10 Maret 2020   19:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

romadecade.org

"Setiap tanggal 9 Maret kita merayakan Hari Musik Nasional."

Kami harus segera pindah, rumah ini harus dikosongkan dalam 3 hari ini. Hal ini membuat aku dan Mas Marto , suamiku kalang kabut. Karena kami belum mempunyai tempat yang memadai untuk  menjadi tempat tinggal  sementara.

Kami memang akan pindah ke luar pulau, namun masih sebulan lagi. Karena Mas Marto mendapat pekerjaan baru di Kalimantan. Sedangkan rumah ini,  yang menjadi sengketa keluarga besar Bapak.  Ternyata sudah terjual sebulan yang lalu. Kemarin pembeli sudah datang kesini dan hanya memberi waktu 3 hari kepada kami untuk segera pindah.

Mungkin kalau tidak mempunyai barang sebanyak ini, aku tidak perlu susah payah. Sebenarnya sih, bukan barang-barang kami pribadi. Tapi lebih banyak barang-barang peninggalan Almarhum ibu bapakku. Yang semua bernilai sejarah bagi keluarga kami.

Setelah semua kakakku menikah dan mempunyai rumah sendiri, mereka tidak ada yang mau membawa serta barang-barang itu. Walaupun mempunyai nilai jual karena termasuk barang kuno, namun bapak ibu dulu sudah berpesan agar jangan menjualnya. Termasuk diantaranya seperangkat gamelan, alat musik tradisional Jawa yang menjadi kebanggaan bapak pada waktu itu.

Kami bisa saja kontrak sementara sebelum pindah ke Kalimantan. Yang menjadi beban pikiranku adalah seperangkat gamelan, peninggalan Almarhum bapak. Dimana aku harus menyimpan.

Karena untuk barang-barang lain seperti almari kuno, meja-kursi dan ranjang kayu tua sesuai kesepakatan akhirnya dibawa kakak-kakakku satu per satu. Namun tidak untuk seperangkat gamelan ini. Karena dulu bapak sudah mewanti-wanti agar jangan sampai menjual gamelan ini yang mewariskan kepadaku.

Masih ada waktu dua hari untuk memikirkan, bagaimana gamelan ini akan disimpan. Kami sudah bernego salah satu sekolahan SMP yang letaknya tidak jauh dari rumah ini.

" Maaf Bu, kami tidak mempunyai tempat untuk menyimpan. Dan kami juga tidak mempunyai guru yang bisa memakai dan mengajarkan gamelan ini pada siswa,"  begitu penolakan halus Kepala Sekolah waktu aku temui kemarin.

Aku akhirnya mendatangi sebuah sanggar tari, yang ada di kota kami. Namun jawabannya sama saja.

"Kami sudah punya sendiri seperangkat gamelan yang masih baru, Bu..."  Kata pengurusnya. "Kami tidak mempunyai tempat untuk menaruh kalau ada seperangkat gamelan lagi, karena  hanya beberapa orang saja yang mau belajar menabuh gamelan. Jadi secara hitungan ekonomi kami rugi kalau menambah gamelan lagi."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline