Lihat ke Halaman Asli

Sri Subekti Astadi

ibu rumah tangga, senang nulis, baca, dan fiksi

Mengemis, Kok Jadi Mata Pencaharian

Diperbarui: 14 Mei 2019   20:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://pixabay.com/id/illustrations/laki-laki-kulit-putih-model-3d-2064813/

Beberapa tahun yang lalu saya sering menjumpai seorang pengemis yang cacat, dia duduk di sebuah kursi roda yang lusuh. Tiap hari mangkal di pojokan pas tangga naik di sebuah pasar di Kudus. Tiap kali lewat aku kasihan melihatnya. Beberapa keping koin sering aku lempar ke dalam kaleng roti bekas yang tersedia di pangkuannya.

Tapi tidak dengan teman-temanku yang lain, yang jalan bareng bersamaku. Teman-teman tidak ada yang melempar uang sama sekali pada pengemis itu. Beberapa kali lewat  disana, begitu terus .Tak ada teman yang melemparkan koinnya untuk pengemis itu.. Sampai akhirnya aku tanyakan pada teman-teman, "Kenapa kalian tak ada yang mau memberi uang sekedarnya pada pengemis itu. Kasihan, kan?"

" Kasihan gimana. Mbak gak tahu sih, aku loh yang kerja begini masih kayaan dia daripada aku "

"Maksudnya ?" tanyaku tak mengerti

Akhirnya mereka cerita, kalau pengemis itu sebenarnya orang kaya. Sawahnya luas, punya becak banyak ( waktu itu transportasi becak masih laris). Dan yang mecengangkan kata teman-teman " Istrinya aja dua loh, Mbak!"

"Ah, mosok!" Aku belum percaya omongan teman-teman. Hingga aku melihat sendiri.  Saat pagi hari, suasana masih agak sepi.  Pengemis itu diantar sebuah mobil, kursi roda lusuh ditaruh di tempat mangkalnya oleh seseorang yang berpakaian bagus. Setelah itu baru pengemis itu digendong dari dalam mobil diletakan di kursi roda lusuh itu. Setelah dibekali air mineral, pemuda yang mengantar pun pergi dengan mobilnya.

Sejak itu, aku percaya dan mengerti alasan teman-teman yang susah payah bekerja sebagai SPG dan mungkin penghasilannya jauh di bawah total penghasilan pengemis itu tadi.

Pada suatu hari lagi sewaktu saya mempunyai usaha counter di sebuah mall. Tiap hari ada pengemis yang mangkal di situ,  teman-teman banyak yang sudah mengenalnya karena sering ketemu. Pada hari-hari sepi, pengemis itu mengeluh. Katanya, "Sehari ini sepi ya Mbak...saya hanya dapat 150 ribu "

Trus teman bertanya : " Emang kalau ramai dapat berapa?"

" Tidak tentu, Mbak. Kadang bisa sejuta, 800 ribu, kadang 500 ribu, 300 ribu....." jawab pengemis itu dengan bangganya.

Dan kami hanya bisa menjawab : "Haah...!"  Sedang kami, cari untung sehari segitu, susahnya...

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline