Lihat ke Halaman Asli

Sri Subekti Astadi

ibu rumah tangga, senang nulis, baca, dan fiksi

Penyair yang Mati Tepat Pada Hari Puisi

Diperbarui: 26 Juli 2018   22:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Yayasan Hari Puisi

"Buatkan aku selarik puisi, Mak ! " Pintamu sambil menyerutup kopi, pagi tadi.

Huzzztt...enak aja kau suruh-suruh, mana bisa aku membariskan kata-kata menjadi serupa tentara. Yang rapi tersusun dan enak dibaca

masaku berpuisi telah lewat, sejak tak ada lagi  melati dan secangkir susu murni.

huruf demi huruf yang tertimpa jemariku, sungguh tak lagi bisa tereja, apalagi dibilang bermakna.

Kegundahanku tak lagi bisa terbaca,  walau abjad demi abjad telah sebisa mungkin kumantra...

dan akhirnya....ku hapus lagi, lagi, lagi, lagi dan lagi.....

Hingga seorang penyair ditemukan telah gantung diri, tepat pada kata yang sering diabadikannya

di telapak kakinya mengempal surat wasiat buat pemuja puisinya.

" Wahai pemujaku , lihatlah ! ...ini akibat kau terlalu menyanjungku

Menempatkan aku di ujung hatimu, di lidahmu, dan di ujung uratmu

Hingga aku terhempas bagai sampah. Tanpa seorang pun bersedia memungutku

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline