Lihat ke Halaman Asli

Sri Subekti Astadi

ibu rumah tangga, senang nulis, baca, dan fiksi

Lebaranku

Diperbarui: 15 Juni 2018   23:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

foto dokpri sholat ied Mubarok

Mungkin hari ini adalah tantangan terberat dari serangkaian event samberthr dari Kompasiana, karena harus nulis saat seharian penuh waktu habis buat berkegiatan di Idul Fitri 1439 H.

Saat berkumpul dan bersilatutahmi dengan keluarga belum selesai, ada kepikiran apa yang harus aku tulis, kok tiba-tiba sudah malam sekali. 

Tetapi akan menyesal banget kalau tidak dapat menyelesaikan tantangan yang tinggah sehari ini. Baiklah , aku hanya ingin bercerita tentang kegiatan hari ini saja. Dalam rangka menyambut datangnya Idul Fitri 1439 H.

Kegiatan dalam merayakan Idul Fitri, dimulai dari bangun pagi-pagi, menyiapkan diri ke masjid. Setelah sholat subuh dilanjutkan, kami bersiap-siap ke masjid untuk melalaksanan Sholat Idul Fitri. Samapai masih rama

Sebelum jam 6.00 pagi kami sudah bersiap ke masid  Al Hamidyiah untuk melaksanakan sholat Idul Fitri. Jamaah sudah penuh sampai ke trotoar pinggir jalan raya, telat saya. 

Namun setelah aku lihat sekeliling masjid, ternyata  di latai 2 sebelah kiri masih kosong, maka aku pun segera naik ke atas, ternyata benar,. Tempatnya nyaman dan tidak bersedakan

Sholat Idul Fitri masjid Al- Hamidyah dimulai pukul 6.15 pagi, ketika tinggi matahari sudah lebih dari sepenggalah. Dilanjukan dengan khotbah sholat, sekitar 20 menit. Jadi sebelum jam 07.00 kegiatan sholat Idul Fitri selesai dilanjutkan saling bersilaturahmi dengan kanan kiri kita, yang ternyata para tetangga sendiri.

Selesai sholat kami segera pulang, dan dilanjutkan dengan sungkeman dengan suami, sekiranya banyak kesalahan kami berdua.

Dilanjutkan dengan sarapan pagi dan segera berangkat ziarah kubuh para orang tua, dan sanak-sodaral sekalian.

Suasana di Pemakaman ramai sekali, Kuburan penuh sesak  ramai dengan yang  peziarah yang datang dari luar kota dan kebetulan sedang mudik di Kudus. 'Kuburan Kembar" nama pemakaman di desa kami. Disebut kembar karena ada 2 kuburan di sisi kanan dan kiri jalan yang masuk ke wilayah yang berbeda. Karena ramainya penjiarah maka muncul tukang pakir dan penjual bunga dadakan di sekitar makam.

suasana makam yang ramai dokpri

Usai dari kubur dilanjut silaturahmi ke kakak-kakak yang berada di desa sebelah. Disana sudah berkumpul sanak saudara lain yang hendak bersilaturahmi. Setelah bersalam-salaman yang anak-anak biasanya menerima wisit atau salam temple, namun tanpa amplop. Aneka kue dan hidangan di rumah kakak, juga laris dihidangkan.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline