Lihat ke Halaman Asli

Sri Subekti Astadi

ibu rumah tangga, senang nulis, baca, dan fiksi

Syahdunya Malam "Likuran" di Kampungku

Diperbarui: 10 Juni 2018   21:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

suasana masjid Al Hamidyah di kampungku oto. Dokpri

Tak terasa waktunya, kita  sudah memasuki malam ke 26 bulan bulan Ramadan 1439 H. Saat malam "Likuran" atau 10 hari terakhir sudah berada di pertengahan kita, pertanda Iedul Fitri segera tiba.

Dua puluh lima hari sudah kita berpuasa menahan haus, lapar dan juga nafsu yang lain. Kita sudah bisa mulai menaklukkan hawa nafsu, menata hati , tindakan dan juga mengontrolnya, semoga kelak setelah Ramadan usai, semua jangan memudar, kita harus tetap mempertahankan ibadah dan kesucian hati ini.

Betapa  syahdunya malam-malam di bulan Ramadan seperti ini, suasana keagamaan, kedamaian tak pernah sepi.

Mulai dari sore hari sebelum acara buka bersama, di masjid diadakan kajian-kajian Agama Islam, diikuti dengan dzikir  bersama. Di Masjid dekat rumah, Masjid Al-Himidyah selalu ramai dari anak-anak sampai orang-tua, dari wanita maupun pria, semua ikut menyemarakkan syahdunya bulan Ramadhan ini. Buka bersama yang tiap sore disediakan untuk yang mau singgah, sholat dan mendengarkan ceramah sore harinya.

Setelah buka bersama  sekedarnya di lanjutkan dengan Sholat Maghrib bejamaah , di masjid. Selesai sholat maghrib, masing-masing pulang dengan membawa bungkusan nasi untuk berbuka bila masih persediannya. Untuk melanjutkan buka puasa di rumah.

Adzan Sholat Isak pun berkumandang, kaum muslimin di desaku segera bergegas ke Masjid  kembali untuk melaksanakan sholat Ishak dilanjukan sholat Tarawih.

Selesai sholat Tarawih, masjid-masdjid mengumandangkan pembacaan  Al-Quran atau disebut Tadarus. Tadarus berlangsung sampai jam 10 malam. Walaupun begitu sayup-sayup  dari juauh  masih terdengar pembacaan ayat-ayat Suci Al-quran.

Sekitar pukur 00.00 orang-orang berdatangan kembali ke masjid untuk melakukan  sholat tasbih, yang diselenggarakan tepat jam 00.00 malam. Berharap mendapatkan  berkah Malam Seribu bulan atau Lailatul Qodar, dengan terus bertasbih yang membuat malam tak pernah sepi. Ada yang tetap berdiam di masjid untuk iktikaf ada pula pula yang pulang, terutama kaum wanitanya.

Suasana Jalan raya, dan tempat-tempat perbelanjaan juga tetap ramai walau malam sudah menjelang, apalagi motor dan mobil  dengan plat nomor luar daerah sudah mulai berdatangan memasuki Kudus, untuk mudik dan berlebaran di sini.

Suara-suara petasan dan kembang api, walaupun sudah dilarang sesekali masih terdengar menambah semaraknya Ramadan di malam hari.

Namun kaum muslimin tetaplah, jangan terlena dengan hal-hal duniawi, karena saat ini adalah waktu  yang baik,  semua Mahluk menanti untuk mendapatkan rahmad Lailatul Qodar. Perkencang terus ibadah bulan Ramadan ini, karena kita tidak akan pernah tahu apakah tahun depan kita bisa berjumpa dengan Ramadan kembali.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline