Lihat ke Halaman Asli

Sri Subekti Astadi

ibu rumah tangga, senang nulis, baca, dan fiksi

"Slamatan Among Tuwuh" dan Siraman dalam Tradisi Adat Jawa

Diperbarui: 7 November 2017   18:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri siraman Icha

Hari ini berbagai upacara adat di Kediaman Pak Jokowi sudah terlihat  cukup semarak. Selayaknya masyarakat Jawa lainnya, Mantu merupakan tanggung jawab orang tua mempelai wanita, untuk mengantar putrinya menuju mahligai rumah tangga dan membentuk keluarga  atau brebayan menghasilkan keturunan untuk meneruskan kelangsungan silsilah keluarga. Kalau untuk pria acaranya biasa disebut dengan "Ngunduh Mantu" dan bukan jadi rangkaian yang utama seperti yang terjadi pada keluarga pengantin wanita.

Sebenarnya, acara sudah dimulai beberapa hari sebelumnya. Seperti Rosulan untuk meminta kelancaran dan doa restu kepada para sesepuh dan kepada Tuhan Yang Maha Agung. Biasanya bancaan acara Rosulan ini berupa ayam ingkung utuh. Acara Rsoulan biasanya hanya dihadiri keluarga dan tetangga dekat saja.

Kegiatan persiapan mantu pun mulai dilakukan setelah Rosulan ini. Para saudara dan tetangga biasanya sudah mulai berdatangan untuk membantu dan meramaikan kegiatan mantu tersebut. Besok paginya  diadakan acara hajatan atau kenduri. Biasanya acara ini dihadiri para tetangga dan saudara dalam cakupan yang lebih luas, bahkan untuk saudara dan kerabat yang agak jauh dan tidak bisa hadir perlu diantarkan berkat dari hajatan ini. Berkat hajatan biasanya berisi nasi lengkap dengan lauk-pauk dan jajan atau snack, sebagai tanda undangan untuk hadir di acara resepsi nantinya.

Pemasangan tarup atau tenda pun dimulai, diawali dengan Slametan Among Tuwuh.

dokumen pribadi pernikahan Ica-Aji

Slametan among  tuwuh yang diselenggarakan keluarga wanita, bertujuan untuk memohon keselamatan. Pada upara pernikahan nantinya, yang  telah menguras tenaga dan pikiran.

Among tuwuh adalah sarana mengemban sejarah keluarga. Among berate mengemban dan tuwuh berarti tumbuh atau berkembang. Karena dalam pernikahan itu diharapkan akan lahir generasi atau keturunan yang dapat menurunkan perkembangan sebuah dinasti keluarga.

Pasang tarup agung di depan rumah keluarga mempelai wanita secara simbolis dilakukan dengan pemasang  bleketepe. Sebagai tanda pemberitahuan kepada masyarakat luas kalau  di rumah tersebut ada mantu, maka keluarga yang bersangkutan akan mendapat hak-hak yang istimewa, untuk memulai keramaian demi berlangsungnya acara.

dokumen pribadi- bekletepe

Bleketepe yang terbuat dari ayaman daun kelapa harus digantungkan  di atas gapuro yang akan dilewati para tamu, bertujuan mengusir roh jahat yang akan mengganggu jalannya acara pernikahan nantinya.

Dalam acara pemasangan bleketepe, biasanya disiapkan sesaji khusus, yang berupa nasi tumpeng, buah-buahan termasuk pisang dan kelapa. Berbagai lauk-pauk, kue-kue, minuman, bungan dan jamu, tempe, daging kerbau, gula kelapa dan sebuah sentir atau lentera.

Selain itu ada sepasang tebu wulung, yakni tebu yg berwarna ungu. Tebu yang mempunyai makna anteping kalbu atau tekad yang bulat. Sedangkan wulung artinya mulus matang.  Diharapkan kedua mempelai mempunyai pikir yang matang, tekad yang bulat, dan pantang mundur dalam menempuh kehidupan berumah tangga kedepannya.

Dalam bleketepe, ada dua buah cengkir, yaitu kelapa gading yang masih muda, dan berwarna kuning. Cengkir mempunyai makna kecenging pikir, atau kemauan yang keras. Diharapan kedua mempelai mempunyai kemauan yang keras untuk mencapai tujuan hidup yang bahagia dan harmonis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline