Lihat ke Halaman Asli

Sri Subekti Astadi

ibu rumah tangga, senang nulis, baca, dan fiksi

Mahasiswa Bibit Generasi Millenia Sebagai Less Cash Society

Diperbarui: 7 Desember 2016   17:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok pri

Beruntung sekali saya bergabung dengan grup WA teman-teman Kompasianer Semarang. Karena disini kita bisa saling berbagi informasi tentang hal-hal yang terjadi di Kompasiana, demikian juga sewaktu Om Wang Edy dan Mbak Wahyu Sapta menunjukkan bahwa dia mendapatkan undangan dari Kompasiana untuk mengikuti acara Goes to Campus di Akpol Semarang, sehingga saya tertarik untuk mengecek email, apakah pihak Kompasiana mengundang saya juga. Alhamdulillah ternyata ada juga undangannya, maka saya segera membalas email konfirmasi ke pihak Kompasiana kalau saya bersedia mengikuti acara tersebut. Dan juga memberitahu teman-teman di Semarkutigakom untuk mengecek emailnya.

Hari yang dinanti pun tiba, dari Kudus saya berangkat jam 7.00 pagi dengan naik bis menuju Semarang dan dilanjutkan naik taksi sampai ke tempat acara. Jam 10.00 tepat sesuai undangan saya sudah sampai di Gedung Serbaguna Akpol Semarang, dan acara pun sudah dimulai. Untung saya ketemu Bund Selsa dan oleh panitia kami dipersilakan duduk di depan, karena di belakang sudah penuh dengan mahasiswa dari berbagai kampus di Semarang.

Acara Goes To Campus yang telah di gelar di 4 kota di Indonesia seperti Banjarmasin Medan Makasar dan terakhir di Semarang,  merupakan upaya dari Bank Indonesia untuk mengajak para mahasiswa untuk menyukseskan program pemerintah Gerakan Nasional Non Tunai atau GNNT. Goes to Campus yang diselenggarakan di Akademi Kepolisian Semarang merupakan penutup  road show dari program Bank Indonesia di tahun 2016. Pada acara Goes to Campus di Akpol Semarang para mahasiswa di Semarang tampak begitu antusias mengikutinya, bahkan sampai ribuan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Semarang dan yang hadirpun terus mengalir hingga menjelang sore hari memadati gedung Serba Guna Akademi Kepolisian Semarang.

Kenapa road show GNNT Bank Indonesia ini diadakan di kampus-kampus, karena Bank Indonesia  yakin bahwa Civitas Academica bisa menjadi garda terdepan dalam menyukseskan gerakan non tunai ini. Mahasiswa sebagai bibit generasi Millenium yang dicanangkan pada tahun 2025-2030,  merupahan kelompok penentu seberapa kuat bangsa baik dari segi pemikirannya maupun dari segi gaya hidupnya termasuk dalam bertransaksi, mosok siih masih mau kita pakai uang receh dan dikasih kembalian berupa permen. Mahasiswa sebagai kelompok usia produktif didorong untuk menciptakan kemudahan transaksi non tunai hanya dengan sekali sentuh di layar androidnya.

Pertumbuhan internet lebih dari 19 persen pertahun  dan masih rendahnya instrumen non tunai di Indonesia yaitu kurang dari  10  persen  ( sejajar dengan Nigeria, Mesir  Peru Malaysia dan Thailand )  membuat Bank Indonesia lebih berkomitmen untuk mensejajarkan uang elektronik dengan uang tunai.  Dengan memberikan kemudahan pada perbankan untuk memberikan sarana bertransaksi non tunai,  baik pada penyedia layanan maupun pengguna non tunai dan  lebih banyak menyasar inovasi untuk mefalisitasi transaksi pembayaran ritel menuju non tunai. 

Pihak universitas pun telah memberi kemudahan kepada para mahasiswanya untuk membayar uang kuliah, dengan cara transaksi non tunai sehingga tidak perlu mengantri hingga berjam-jam seperti jaman saya dulu. 

Semarang dijadikan sebagai kota penutup dari rangkaian acara road show Goes to Campus GNNT,  karena Semarang dinilai paling rendah transaksi non tunainya, baik dari segi pelaku bisnis maupun penggunanya, seperti yang telah disampaikan oleh Bapak Edhi Haryanto selaku Bagian Informasi dari Bank Indonesia. Untuk itu Bank Indonesia mengajak mahasiswa yang sudah tidak asing lagi bersentuhan dengan elektronik, android dan Internet untuk memulai menggunakan uang non tunai sebagai alat bertransaksi, baik itu bisa menggunakan Kart Kredit, Kartu Debet maupun dapat menggunakan Uang Elektronik, baik yang register maupun yang non register.

Dalam memsukseskan GNNT yang dicanangkan pemerintah pada tanggal 4 Agustus 2014 ini BI telah bekerjasama dengan berbagai kementrian dan lembaga, seperti dengan Departemen  Perhubungan , Departemen Sosial sebagai pengganti bantuan tunai langsung dengan uang elektronik. Untuk membayar gaji para pegawai, restribusi, parkir  transportasi dan lain sebagainya. 

Transaksi tunai cenderung lebih susah terlacak sehingga mudah terjadi penyelewengan  dan tindak korupsi sedangan dengan transaksi kita lebih mudah melacak walaupun kewaspadaan terhadap scemmer tetap harus hati-hati dengan otorisasi dari pihak perbankan. 

Dengan bertransaksi non tunai akan lebih menghemat keuangan negara dalam hal biaya pencetakan, pemeliharaan dan distribusi uang kartal. Kerena setiap tahun kebutuhan uang kartal semakin meningkat pada masyarakat. Sehingga biaya cetak uang di PERURI juga semakin meningkat belum lagi biaya untuk pendistribusian uang cartal dan pemeliharaannya. Jadi dengan bertransaksi non tunai kita akan membantu menghemat keuangan negara. Dengan adanya GNNT pertumbuhan uang kartal semakin turun. 

Bertransaksi non tunai akan lebih membantu angka pertumbuhan ekonomi, karena setiap 10 persen penggunaan non tunai akan meningkatkan kegiatan ekonomi sebanyak 0,5 persen  selain itu bertransaksi non tunai dinilai lebih hemat efektif dan efisien serta aman. Kita tidak perlu membawa uang banyak-banyak yang cenderung tidak aman, kurang  efisien  dan cenderung boros.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline