Lihat ke Halaman Asli

Sri Subekti Astadi

ibu rumah tangga, senang nulis, baca, dan fiksi

[Tantangan Menulis Novel 100 Hari FC] Mendulang Asa di Bumi Borneo /13/

Diperbarui: 11 Oktober 2016   11:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tantanangan Menulis novel 100 har FC

Sementara Bos Damang masih menunggu sampai kasus ini selesai, Sofian langsung pulang ke Tabalong, karena rencananya besok dia sekeluarga, akan pindahan rumah dengan menempati dua kamar yang sudah selesai dibangun, dan 1  ruangan untuk berjualan di bagian depan rumah juga sudah jadi.

Di rumah Imoeng sudah menyiapkan ubo rampeuntuk pindahan. Dibantu oleh orang tua dan tetangga barang-barang sudah di pindah ke rumah yang baru. Semua dagangan Imoeng juga sudah ditata rapi di ruangan yang disiapkan sebagai toko. Hanya tinggal beralatan tidur, dan beberapa alat dapur yang akan dibawa saat prosesi pindahan.

 Dengan berjalan kaki mereka ramai-ramai mengusung barang-barang yang menjadi symbol kepindahan. Yang paling depan membawa lampu teplok dan sapu lidi sebagai symbol untuk penerangan kehidupan yang datang, dan sapu lidi sebagai symbol membersihkan dulu area atau rumah yang akan ditempati dari semua gangguan dan hal-hal yang tidak baik. Sehingga rumah dan juga hati pemilik rumah menjadi bersih.

“Asslalumu’alaikum….wahai semua penghuni rumah ini baik yang kelihatan maupun tidak kelihatan, permisi kami handak menempati rumah ini, jangan ganggu kami, mari kita hidup pada alam kita masing-masing “ Demikian kata sesepuh yang menjadi pembuka pintu di rumah baru.

Setelah semua masuk dan duduk dilanjutkan dengan acara pemotongan tumpeng dan dilanjutkan dengan pembacaan doa yang dipimpin sesorang sesepuh agama di kampung itu.

Permohonan perlindungan dan harapan setelah menempati rumah itu agar dilancarkan urusannya , rejekinya dan juga  agar dapat rukun, damai bahagia, dan sehat sentausa.

Beberapa tamu juga banyak yang berdatangan untuk memberi ucapan selamat dan mengikuti acara doa bersama yang di pimpin oleh seorang Sesepuh agama. Sampai jauh tengah malam para laki-laki melekan dengan tidak tidur semalaman, ada yang main kartu, ada yang sekedar nonton film di telivisi dan ada juga yang membaca cerita Burdah semalaman.

Ayuk dan Ais tetap tidur karena besok pagi harus sekolah seperti biasanya. Walaupun di rumah orang masih sibuk, Sofian dan Imoeng tetap memperhatikan keperluan anaknya, agar tidak ketinggalan di sekolah.

Setelah tinggal di rumahnya sendiri, hati Imoeng dan Sofian menjadi lebih tenang, pesanan dari konsumen Imoeng juga tetap banyak. Bahkan sekarang usaha telor asinnya beromzet lebih banyak. Kalau dulu hanya mengirim ke toko-toko 3 hari sekali sekarang hampir tiap hari tersedia telur asin siap dihidangkan. Beberapa tetangga yang menjadi karyawannya juga semakin banyak. Sehingga Imoeng perlu membeli mobil pick up untuk menyetorkan telur asinnya ke berbagai daerah.

Sofian juga sudah mulai mempersiapan ijin usaha untuk KSP di Samarinda, sehingga harus bolak-balik ke Samarinda. Segala persiapan sudah dilakukan untuk segera membentuk kelompok pengguna Koperasi. Sofian sudah menyewa sebuah rumah yang akan dipakai sebagai kantor dan juga tempat tinggalnya bisa sedang berada di Samarinda.

Adik Sofian yang baru lulus SMA juga sudah datang turut menemani Sofian untuk membentuk KSP. Demikian juga Eko sudah mengajukan pengunduran diri dari KSP Mandiri kepunyaan Bos Damang. Selain itu Sofian juga merekrut warga setempat untuk dijadikan karyawan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline