Lihat ke Halaman Asli

Sri Subekti Astadi

ibu rumah tangga, senang nulis, baca, dan fiksi

[ Tantangan Menulis Novel 100 Hari FC ] Mendulang Asa di Bumi Borneo /3/

Diperbarui: 19 Maret 2016   22:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="komunitas FC"][/caption]

 

 

sebelumnya baca :Mendulang Asa di Bumi Boerneo /2/

Belum ada setahun tinggal di Kelayan Banjarmasin, Imoeng harus pindah ke kota Tanjung Tabalong. Yang jaraknya kira-kira 6 jam perjalanan dari Banjarmasin, ke arah Kalimantan Timur.

Tanjung Tabalong kota yang sedang tumbuh dengan pesat, karena kekayaan alamnya yang begitu melimpah. Baik itu tambang, hasil perkebunan seperti karet, kelapa sawit, maupun buah-buahan, seperti langsat, cempedak, durian dan lain-lain. Di sector tambang ada : minyak, gas maupun batubara. Terutama tambang batubara yang sedang marak diekspose besar-besaran. Beberapa perusahaan tambang besar ikut andil beroperasi di kota ini, seperti PAMA, BUMA, SIS dan RA. Untuk tambang minyak yang sudah ada sejak jaman dahulu kala dikuasai oleh Pertamina, Pertamina telah membangun infrastruktur secara rapi, bagus dan lengkap di kota Tabalong ini. Seperti kawasan perumahan, taman, rumah sakit, sekolahan, masjid, dan minimarket, yangdiperuntukan buat karyawan dan masyarakat di sekitarnya.

Karena tambang batubara sedang berkembang secara besar-besaran, maka di kota Tabalong banyak pendatang dari berbagai daerah di Indonesia untuk bekerja di sana. Hal ini menggeliatkan roda perekonomian kota Tanjung Tabalong  untuk tumbuh pesat.

Kota Tabalong menjadi kota yang tepat bagi Imoeng untuk memulai usaha di kota ini. Demikian pula dengan Koperasi yang sedang ditangani oleh Sofian berkembang sangat pesat di kota ini. Karena banyak masyarakat yang membutuhkan modal untuk memulai usaha.

Dengan mengontrak rumah bagian belakang yang biasanya dipakai untuk dapur , untuk  mendapatkan harga kontrak yang lebih murah. Imoeng melanjutkan usahanya selain membuat berbagai macam keripik dan rempeyek, Imoeng juga membuat telur asin, dan sore hingga malam hari Imoeng berjualan jamu seduh yang biasanya pembelinya adalah karyawan tambang yang capek kerja seharian.

Enam bulan sejak kedatangannya ke Kalimantan Imoeng, pulang ke Kudus untuk mengambil kedua anaknya yang masih tertinggal.  Namun sayang hanya anaknya yang nomer 2 tidak mau diajak paling kecil yang mau diajak ke Kalimantan, sedang Dwi anak serta.

Kedatangannya ini juga untuk melunasi sebagian hutang-hutangnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline