Lihat ke Halaman Asli

Sri Subekti Astadi

ibu rumah tangga, senang nulis, baca, dan fiksi

Melarutkan Malam

Diperbarui: 17 Juni 2015   09:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1426696516863830377

[caption id="attachment_356262" align="aligncenter" width="300" caption="twinflame.com"][/caption]

Malam telah larut pada bejana berisi gairah
memudarkan warnanya pucat tak berdarah
merajam bulan dan melemas setelah kalah
perawanku telah punah dan menyerah

larutan malam tak lagi hapus resah
apalagi membasuh luka yang masih basah
lalu untuk apa aku terus bersandar pada jalinan kisah
bila berkali-kali gerhana berakhir  gelisah

sebentar lagi bintang datang dengan dendang
dongengkan biduk yang tak lagi mencari terang
genderang malam menerjang terjengkang
akhirkan kisah tentang Sang bintang yang berwajah  binatang

Melarutkan malam menjadi secangkir  cerita
agar tak sumbang bagai ribuan tembang cinta
adalah hasrat yang tak pernah mereda
karena sesungguhnya rindu adalah jeda

pada larutan malam yang pekat erat sesaat
menepis semburat warna hitam melesat
disini aku meramu jejamuan agar kau rekat
berkisah bersama dalam indah asmara seabad

Kudus, 18 Maret 2015

Salam hangat dan jabat erat

Dinda Pertiwi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline