Lihat ke Halaman Asli

Sri Subekti Astadi

ibu rumah tangga, senang nulis, baca, dan fiksi

Angin Segar bagi Pertumbuhan Sastra dari Anies Baswedan

Diperbarui: 17 Juni 2015   18:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pernyataan Menbuddikdasmen Anies Baswedan, agar Sastra menjadi hal yang diperhitungkan dalam proses Pendidikan di Indonesia sangatlah menjadi angin segar bagi perkembangan Sastra di Indonesia. Saat ini pendidikan Sastra seolah disepelekan sehingga tidak banyak SMA yang mempunyai jurusan Sastra. Perhatian Pemerintah terdadap sastra yang dirasa sangat kurang dibanding bidang lain selama ini, menjadikan Sastra sebagai sesuatu yang tersisih dan tersingkirkan dari perhatian masyrakat. Bukan itu saja, para lulusan SMA pun jarang yang memilih jurusan Sastra, kalaulah mereka akhirnya masuk di Fakultas Sastra  itu karena alternatif terakhir  dan bukan menjadi suatu kebanggaan.  Mencintai Sastra dan juga mencintai bidang kepenulisan sebenarnya bisa mengisi kekosongan jiwa, dan untuk mengapresiasikan apa yang menjadi pemikirannya.  Rasanya perlu juga untuk anak-anak sekolah mulai belajar mencintai bidang kepenulisan dan Kesusasteraan. Untuk  nantinya bisa menulis di bidang apapun bukan hanya menulis di bidang Sastra. Pada dasarnya kita harus bisa menguasai Bahasa dan Sastra itu sendiri, baru di kembangkan di bidang lain. Yang penting untuk mempertajam intuisi dan pemikiran mereka agar bisa dituangkan dalam bentuk tulisan yang bisa dipahami dan ditangkap orang lain.

Kalaulah Sastra itu tumbuh dan berkembang, itu karena orang-orang yang berkecimpung di dalamnya yang membesarkan dan mengembangkannya dan peran Pemerintah masih sangat minim. Karena pada kenyataannya, Sastra menjadi sesuatu yang menyenangkan  yang bukan hanya menarik minat bagi para sastrawan lulusan Sastra yang sudah berkecimpung di dalamnya, tetapi juga mereka yang telah berkecimpung di bidang lain namun kecintaannya terhadap  Sastra tak terelakkan. Tidak kurang dokter yang juga seorang penulis puisi dengan karya-karya yang hebat, ada juga seorang yang berprofesi sebagai dokter hewan tapi juga seorang penyair yang karya-karyanya patut diperhitungkan. Bahkan di Kompasiana juga beberapa yang biasa ngisi di Kanal Fiksiana dengan karya-karya hebatnya seperti  Lizz dengan cerpen-cerpennya yang romantis, ada Anugerah Oestman yang puisi dan cerpen-cerpennya mengungkap tentang Budaya Bulukumba Sulawesi , mereka adalah Sarjana-sarjana Peternakan yang mencintai Sastra sebagai bentuk pengungkapkan dirinya. Tulisan -tulisan yang memberi manfaat dan mengandung unsur keindahan itu yang bisa di katagorikan sebagai karya Sastra, di samping unsur Fiksi yang sangat kental di dalamnya. Walaupun pada kenyataannya karya sastra menampung hal-hal yang ternjadi pada masyarakat pada jamannya.

Jadi mencintai Sastra tidaklah harus lulusan Fakultas Sastra, karena pada kenyataannya Sastra dan unsur-unsurnya telah berkembang luas di masyarakat. Karena mencintai Sastra bisa memperhalus rasa dan budi pekerti seseorang. Mencintai Sastra bisa dengan menuliskan karya Sastra itu ataupun penikmat  karya Sastra itu sendiri. Karya Sastra bukan hanya mengacu pada Karya Sastra dalam bentuk tulisan, karena di wilayah Nusantara ini banyak sekali Sastra Oral  atau Sastra Lisan yang berkembang di masyarakat. Seperti tradisi pembacaan Mocopat dan Suluk di Jawa, pembacaan Burdah oleh ibu-ibu di Kalimantan.  Tradisi lisan Bailau yang menjadi ragam tradisi lisan dari daerah Bayang, pesisir selatan Sumatra Barat. Ada pula tradisi Sastra Lisan di Jawa Barat seperti Sintren, Beluk, dan Topeng Cirebon. Dan masih banyak lagi Satra Lisan lain yang menjadi warisan budaya dari seluruh wilayah Nusantara.

Semoga pernyataan Anies Baswedan akan disertai dengan tindakan-tindakan nyata untuk memanjukan dan mengmbangkan Sastra dan kesusasteraan di Tanah Air. Yang menjadi unsur penting untuk pertumbuhan Kebudayaan di Indonesia.  Sehingga Sastra tidak lagi ditinggalkan oleh kaum muda, tetapi menjadi sesuatu yang menyenangkan dan menggairahkan yang berguna untuk mempertajam intuisi, pemikiran dan juga memperhalus budi pekerti. Seperti semboyan Jokowi dalam Revulosi Mental.

Kudus, 8 November 2014 ; 08:54

'salam Cinta Sastra'

Dinda Pertiwi




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline