Lihat ke Halaman Asli

Sri Rumani

TERVERIFIKASI

Pustakawan

Wisata Sejarah di Keraton Yogyakarta Bersama K-JOG

Diperbarui: 7 November 2022   08:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pagi itu tanggal 29 Juli 2022 jam 08.00 ada 7 anggota K-JOG yang mempunyai waktu luang sudah berkumpul di Keben pintu masuk menuju Sri Manganti Keraton Yogyakarta. Acara ini terwujud karena kerja bareng mbak Vika dan mbak Retno yang memperlancar event tunggal untuk temu darat para anggota K-JOG sekaligus jalan-jalan bareng. Setelah membeli tiket seharga Rp 8.000,00 per orang dipandu oleh Ibu Nur, keliling area Keraton di Bangsal Sri Manganti pun dimulai. 

Keraton Yogyakarta selama pandemi Covid-19 ditutup untuk umum, dibuka kembali pada tanggal 20 Oktober 2021 walaupun pengunjung dibatasi maksimum 25 persen daya tampung, dengan menerapkan protokol kesehatan (mencuci tangan, memakai masker, mengecek suhu tubuh, dan menjaga jarak. Kemudian pada tanggal 5 Mei 2022 sudah dibuka seperti biasa mulai jam 09.00 - 14.00 untuk penjualan tiket.

Kawasan Keraton Yogyakarta terdiri dari Alun-alun Utara sampai Alun-alun Selatan, dan ada garis imaginer ke Pantai Selatan, Tugu, dan Gunung Merapi. Di dalam Keraton Yogyakarta  ada Pagelaran dan Sitihinggil Lor, Kemandungan Lor, Srimanganti, Kedhaton, Kemagangan, Kemandungan Kidul dan Sitihinggil Kidul. Kawasan Pagelaran dan Sitihinggil Lor pada saat Perguruan Tinggi UGM belum menempati kampus di Bulaksumur para mahasiswa kuliahnya di dua tempat itu untuk Fakultas Hukum, Ekonomi dan Sosial Politik.  Itulah sebabnya setiap Dies UGM tanggal 19 Desember selalu ada agenda "Niti Laku", berjalan kaki mulai dari Pagelaran sampai kampus UGM. Tujuannya untuk mengenang sejarah UGM sehingga generasi muda memahami sejarah perjuangan para pendahulunya. 

Semua itu berkat jasa Sri Sultan Hamengku Buwono IX, yang terkenal dengan buku biografi berjudul:"Takhta Untuk Rakyat" (1982) dihimpun oleh Mohamad Roem, Mochtar Lubis, Kustiyani Mochtar. Sri Sultan HB IX, mempunyai pemikiran bahwa pendidikan itu sangat penting sehingga mengijinkan bangunan Keraton untuk kuliah mahasiswa UGM awal berdirinya. Pindah di Bulaksumur pun itu sebagai tanah "Sultan Ground", tanah milik Keraton. 

Kembali ke acara jalan-jalan bareng dengan K-JOG pagi itu kita fokus ke Museum Sri Sultan Hamengkubuwono IX, yang baru selesai dipugar bangunannya, semakin megah dan berkilau karena ada tiang-tiang bangunan penuh ukiran yang dilapisi emas. Di dalam museum itu berisi masa kecil Sri Sultan HB IX sampai beliau menjabat sebagai Wakil Presiden RI yang kedua (1973-1978). Beliau di lingkungan Keraton sebagai Raja yang kharismatik dan berwibawa. Keraton bukan negara dalam negara, karena Sri Sultan HB IX dan Sri Paku Alam VIII telah mengeluarkan amanat pada tanggal 5 September 1945 telah mengeluarkan amanat yang menyatakan bahwa:"wilayahnya yang bersifat kerajaan adalah bagian dari Negara Republik Indonesia. Dalam pemerintahan RI Sri Sultan HB IX sebagai Gubernur Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta bersama Sri Paku Alam VIII

Intinya dari jalan-jalan bareng dengan K-JOG  selain untuk lebih mengenal sejarah di Kkeraton Yogyakarta, juga menjadi ajang silaturahmi temu darat yang sudah lama tidak diadakan karena terkendala pandemi Covid-19. Satu hal yang sangat penting juga untuk menumbuhkan semangat menulis di Kompasiana setelah hampir setahun (10 bulan) tidak pernah menulis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline