Lihat ke Halaman Asli

Sri Rumani

TERVERIFIKASI

Pustakawan

Serba-serbi Pembelajaran Jarak Jauh Saat Pandemi

Diperbarui: 7 Agustus 2020   15:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber ilustrasi:www.pixabay.com

Berdasarkan kalender pendidikan tahun ajaran baru dimulai 13 Juli 2020. Wabah pandemi Covid-19 sejak awal Maret 2020, akibatnya sistem pembelajaran dilakukan dari rumah secara online. 

Hal ini dilakukan sebagai upaya memutus mata rantai penularan Covid-19 dari klaster sekolah/kampus. Kondisi serba mendadak, darurat belajar dari rumah ini tidak pernah terpikirkan dan disiapkan karena modelnya memang dirancang untuk tatap muka, pertemuan di depan kelas. 

Bukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), seperti di Universitas Terbuka (UT), yang dipersiapkan secara matang, detail, terukur, dan standar. Termasuk modul untuk mata kuliah, yang dibuat khusus agar dipelajari oleh mahasiswa UT.

Di awal pelaksanaan sekolah/kuliah melalui daring rasanya aneh, kikuk, tidak terbiasa, dan banyak kendala. Tergagap, bukan hanya infrastuktur yang tidak siap, tetapi guru/dosen, siswa/mahasiswa. 

Tidak kalah rempong adalah orang tua siswa/mahasiswa, karena beban dan dana bertambah, di saat penghasilan berkurang karena Covid-19. Beban sekolah harus menyiapkan infrastruktur TI yang hanya dimiliki oleh sekolah/kampus di kota. 

Guru/dosen kerja dari rumah selain menyiapkan materi pelajaran/kuliah dibutuhkan jaringan internet di rumahnya. Kalau tidak langganan provider harus membeli pulsa kuota agar dapat mengajar dari rumah.  

Para orang tua siswa/mahasiswa terbebani tuntutan "melek teknologi", tersedia gadget, jaringan internet, dan dana tambahan untuk membeli pulsa kuota. 

Orang tua wajib mendampingi dan membimbing anaknya yang sekolah di PAUD, TK, SD. Untuk yang SMP, SMA dan mahasiswa relatif lebih mandiri, tanpa pendampingan orang tua. 

Bagi orang tua kantoran, tugas semakin bertambah, selain mendampingi belajar anak-anaknya yang belum mandiri, mempunyai kewajiban menyelesaikan tugas kantor, rapat online dari rumah. 

Orang tua dituntut menggantikan peran guru kelas bagi anak-anaknya. Padahal realitanya tidak semua orang tua mempunyai "jiwa pendidik", sehingga kurang sabar, kurang telaten, dan lebih banyak menggunakan emosi daripada hatinya.   

Selama 6 (enam) bulan siswa/mahasiswa belajar dari rumah secara daring. Rasa rindu ketemu guru, teman, sahabat pasti ada. Belajar dalam kelas dengan bimbingan guru/dosen, mengerjakan tugas, rapat Osis, seabreg kegiatan mahasiswa di kampus, belajar di perpustakaan serasa di cafe yang nyaman dan menyenangkan. Keramaian di sekolah/kampus saat jam istirahat/makan siang di kantin. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline