Tanggal 2 Oktober 2019 sebagai hari batik nasional, mempunyai momentum khusus bagi para kompasianer Yogyakarta yang tergabung dalam komunitas K-JOG.
Kota Yogyakarta memang istimewa, menyandang sebutan kota budaya, pariwisata, pendidikan, sejarah, gudeg, batik. Konsekwensi atribut kota Yogyakarta menjadi "Miniatur Indonesia", mengingat para pendatang berasal dari Sabang sampa Merauke, untuk menuntut ilmu di berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta.
Tidak heran bila usaha kuliner, fashion, makanan khas, souvenir, muncul bak cendawan di musim hujan. Apalagi daerah sekitar kampus, berbagai usaha untuk memenuhi kebutuhan generasi milenial, mempunyai prospek menarik. Syaratnya, harus "melek TI" dan selalu berinovasi mengikuti perkembangan dan perubahan teknologi informasi yang sangat cepat.
Kondisi ini menjadi peluang sekaligus tantangan bagi para pelaku usaha yang tergabung UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah), untuk berinovasi, berkolaborasi, bersinergi dengan para birokrat yang menaungi dan layanan pengiriman yang cepat, berstandar bukan saja nasional tetapi internasonal.
Hal ini untuk memberi fasilitas para pendatang yang sebagian kaum milenial, dengan jiwa enterpreuner. Saat kuliah para mahasiswa bukan sekedar membeli cinderamata khas Yogyakarta dan membuka "layanan jasa penitipan (jastip) untuk keluarga dan sahabatnya saat kembali ke daerahnya, tetapi membeli untuk dijual lagi.
Mengingat jasa bagasi di pesawat dibatasi beratnya hanya 7 (tujuh) kilogram setiap penumpang, maka keberadaan jasa pengiriman JNE mempunyai peluang emas untuk maju dan berkembang.
JNE yang berdiri sejak tahun 1990, selalu berinovasi seiring perkembangan e-commerce telah mengoptimalkan "mobile application", mendorong pelaku UMKM memaksimalkan teknologi informasi (literasi TI).
JNE telah friendly logistic, meliputi digital marketing, warehousing, order fulfilment, tecnology development, shipping management dan delivery. Selain itu JNE juga memberi jasa packaging, artinya para pelaku UMKM dimanjakan, tinggal memikirkan inovasi dan kreativitas usahanya.
Menurut Adi Subagyo Branch Manager JNE Yogyakarta mengatakan:"Mari tingkatkan kesadaran bela dan beli produk UMKM lokal nasional untuk kemandirian bangsa.
Produk asing sudah membanjir, siapa lagi yang membela dan membeli produk sendiri". Kalau bukan kita siapa lagi, mulai mencintai dan menghargai produk dalam negeri. Kalau tidak mulai sekarang, kapan lagi ?. Jangan terlambat memprotes ketika produk asli bangsa kita di klaim negara asing.
Sementara Kepala Dinas Koperasi & UKM Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Lucy Irawati mengatakan:"Pengusaha sebenarnya cukup kreatif, cuma kurang dikembangkan dan sering "merasa" cukup puas dengan hasil yang diciptakan".